Rabu 21 Apr 2021 06:09 WIB

Peran dan Strategi Turki pada Era Baru Libya

Libya dan Turki menjadi kekuatan yang diperhitungkan di kawasan.

Rep: Anadolu/ Red: Elba Damhuri
Presiden Recep Tayyip Erdogan menerima kunjungan Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibeh di Ankara. (Foto file - Anadolu Agency)
Foto:

Pejabat senior Libya menyebut era baru ini "semacam perang ekonomi". Dengan kata lain, mereka mengungkapkan bahwa banyak negara lain melihat Libya sebagai "kue" dan mereka ingin memanfaatkan kue ini sebaik-baiknya.

Mereka bahkan mencatat bahwa beberapa negara berusaha menjaga kepentingan mereka dengan mempertahankan Libya dalam situasi yang rapuh. Singkatnya, pejabat Libya sadar bahwa semua aktor yang terlibat dalam krisis Libya sedang berusaha mengejar kepentingan mereka dalam kondisi yang baru.

Terlepas dari situasi ini, pemerintahan Abdul Hamid Dbeibeh terus memfokuskan diri pada proses transisi dan upaya rekonstruksi. Upaya itu menjaga hubungan yang kuat dengan semua pihak dengan cara yang sangat rasional untuk mengimplementasikan peta jalan yang akan memastikan normalisasi negara tersebut.

Dalam hal ini, Turki dapat dikatakan memiliki kepentingan khusus dengan pemerintah baru Libya yang menganut politik keseimbangan.

Posisi Turki

Kunjungan Perdana Menteri Libya Dbeibeh dengan delegasinya yang besar ke Turki juga merupakan indikator penting dalam memahami posisi Turki. Kunjungan ini menunjukkan bahwa Turki sebagai aktor di Mediterania Timur dan Turki mempunyai langkah-langkah strategis di Libya yang berakar. 

Hubungan ini berlanjut ketika dua pihak saling memperkuat proses normalisasi di Libya dan hubungan Turki-Libya membuat pemulihan di Libya. Meskipun ada provokasi oleh pihak ketiga, baik secara internasional maupun di dalam Libya, hubungan keduanya terus berlanjut saat Libya pulih dan bahkan kini malah menguntungkan kedua belah pihak.

Pembentukan mekanisme untuk memastikan sinergi antara Pemerintah Libya dan Turki ternyata tidak mudah, juga membutuhkan kepekaan yang terus berlanjut.

Kerja sama ini terjalin pada saat kedua negara berada di bawah tekanan yang kuat dan menghadapi ancaman secara keras. Ancaman bagi Libya adalah kediktatoran Haftar mendominasi seluruh negeri dan dimulainya kembali gelombang kekerasan baru yang tak dapat diprediksi. 

Ancaman paling signifikan bagi Turki berasal dari koalisi asing yang ingin menekan Turki di Mediterania timur. Namun, kerja sama antara Turki dan Libya dalam menyingkirkan ancaman tersebut dapat dikatakan berhasil. Turki dan Libya sadar bahwa ancaman serupa mungkin dapat muncul kembali, kedua negara ke depannya harus sangat mementingkan hubungan bilateral mereka.

Pemerintah Libya menyadari peran Turki dalam mengatasi ancaman Haftar, dan pembentukan pemerintahan sementara serta pembentukan peta jalan negara yang akan dilaksanakan. Pemerintah Libya bergerak maju dengan mempertimbangkan strategi negara-negara yang mengambil sikap pro terhadap mereka atau Haftar selama perang saudara.

Kunjungan ke Ankara oleh perdana menteri Libya berserta empat wakilnya, sembilan menteri, dan pejabat keamanan senior merupakan indikator paling konkret dari keistimewaan Turki bagi Libya. Pemilihan waktu dan pelaksanaan kunjungan ini selanjutnya memberikan gambaran hubungan Turki-Libya pada masa yang akan datang. 

Masalah yang didiskusikan dan lima kesepakatan yang ditandatangani kedua pihak selama kunjungan ini mengonfirmasi kedekatan kedua negara.

Kedua negara menekankan pakta maritim yang ditandatangani pada November 2019 dan pernyataan Presiden Recep Tayyip Erdogan tentang tujuan utama negaranya melindungi integritas teritorial dan kedaulatan Libya, serta persatuan politik, kesejahteraan rakyat Libya menunjukkan peran yang akan dimainkan Turki di Libya selanjutnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement