Selasa 20 Apr 2021 16:56 WIB

Korban Serangan Buaya di Banyuasin, Ditemukan Meninggal

Saat mencari rumpur, tangan korban digigit buaya dan diseret ke saluran irigasi.

Seekor buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) menjadi tontonan warga saat persiapan pelepasliaran, di Sungai Benu, areal konsesi PT Tri Pupajaya, Tanah Pilih, Banyuasin, Sumatera Selatan. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Seekor buaya senyulong (Tomistoma schlegelii) menjadi tontonan warga saat persiapan pelepasliaran, di Sungai Benu, areal konsesi PT Tri Pupajaya, Tanah Pilih, Banyuasin, Sumatera Selatan. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Korban serangan buaya di saluran irigasi PT KAM Desa Sako Makmur Trans Kabupaten Banyuasin, Sumsel, Umar Bahiri (50 tahun) ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Selasa pukul 03.00 WIB. Korban berhasil dibawa ke pinggir saluran irigasi setelah pencarian tim gabungan dan ratusan warga dengan alat berat perusahaan tersebut.

"Infomasi dari kecamatan korban sudah ditemukan," kata Kepala BPBD Banyuasin Alpian saat dikonfirmasi dari Palembang, Selasa (20/4).

Selanjutnya jasad korban yang tidak utuh lagi langsung dibawa ke rumah duka di Desa Santan Sari Kecamatan Sembawa Banyuasin. Korban Umar sebelumnya diserang seekor buaya saat mencari rumput untuk pakan sapi di area irigasi PT KAM Desa Sako Makmur Trans Blok tiga pada Senin pagi (19/4) bersama dua orang rekannya.

Sekitar pukul 09.00 WIB, rekanya mendengar korban meminta tolong karena tangan korban sudah digigit seekor buaya yang berupaya menariknya ke dalam saluran irigasi. Rekannya berupaya menolong dengan membacok badan buaya, namun justru buaya tersebut semakin menariknya ke dalam irigasi.

Buaya dan badan korban beberapa kali terlihat dalam pencarian, tetapi pencarian agak terhambat karena sepanjang permukaan irigasi tertutup rumput. Umar Bahiri menjadi korban tewas akibat serangan buaya keempat di lokasi yang sama setelah tiga korban lainnya juga diserang buaya dalam beberapa tahun terakhir.

Di sekitar irigasi sendiri sudah terpasang papan peringatan keberadaan buaya muara. Kepala SKW I BKSDA Sumsel Yusmono yang membawahi wilayah Banyuasin mengatakan, papan peringatan dipasang karena area irigasi tersebut masih terhubung langsung dengan Sungai Rengit yang menjadi habitat buaya.

"Saat air sungai pasang, maka buaya masuk ke saluran irigasi, lalu ketika surut buayanya terjebak di irigasi, dan ketika pasang lagi buayanya mungkin tidak keluar dari sungai atau tetap di dalam saluran irigasi," kata dia.

Yusmono menyebutkan, timnya akan turun ke lokasi kejadian untuk mengobservasi konflik satwa dan manusia tersebut. Menurutnya, perlu langkah tepat agar kejadian serupa tidak terulang, sebab belum ada opsi untuk memindahkan buaya dari lokasi tersebut.

"Sejauh ini belum ada opsi itu (memindahkan buaya)," tegasnya.

Ia mengimbau, masyarakat setempat agar berhati-hati saat beraktivitas di sekitar saluran irigas tersebut dengan memperhatikan papan peringatan. Terutama, bagi warga luar wilayah yang melintas atau beraktivitas di situ.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement