Kamis 15 Apr 2021 15:45 WIB

Indonesia Butuh Reformasi Sistem Kesehatan

Beberapa aspek dalam dunia kesehatan di Indonesia masih lemah.

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Friska Yolandha
Sejumlah warga lanjut usia mengikuti vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Kelurahan Petojo, Jakarta, Rabu (14/4). Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali menilai jika belajar dari pandemi Covid-19, Indonesia memerlukan reformasi sistem kesehatan. karena sejumlah aspek dalam dunia kesehatan masih lemah.
Foto: ANTARA / Reno Esnir
Sejumlah warga lanjut usia mengikuti vaksinasi COVID-19 di Puskesmas Kelurahan Petojo, Jakarta, Rabu (14/4). Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali menilai jika belajar dari pandemi Covid-19, Indonesia memerlukan reformasi sistem kesehatan. karena sejumlah aspek dalam dunia kesehatan masih lemah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali menilai jika belajar dari pandemi Covid-19, Indonesia memerlukan reformasi sistem kesehatan. Sebab, dari pembelajaran pandemi Covid-19 ini menunjukkan beberapa aspek dalam dunia kesehatan di Indonesia masih lemah.

"Pencegahan kita lemah, artinya perlu ada upaya promotif preventif. Disitu juga kita lihat testing, tracing, tracking yang ternyata kita cukup lemah. Faskes dan farmalkes yang tidak siap di awal-awal," kata Pungkas, dalam webinar Penguatan Sistem Kesehatan Nasional, Kamis (15/4).

Pungkas menambahkan, aspek kapasitas tenaga kesehatan yang terbatas juga menunjukkan Indonesia membutuhkan reformasi sistem kesehatan. Aspek terakhir yang perlu diperbaiki ke depannya adalah pemanfaatan biaya kesehatan yang belum efisien.

Salah satu yang perlu didorong, kata Pungkas adalah pada bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan, serta penempatannya. Pemerintah juga bisa bekerja sama dengan swasta terkait memperbaiki sistem kesehatan nasional. Sebab, selama ini swasta memiliki pengaruh besar dalam dunia kesehatan.

"Misalnya untuk antenatal care itu lebih banyak dilayani oleh swasta bukan puskesmas. Berarti kita harus menggaet swasta masuk," kata dia lagi.

Sementara itu, Anggota Konsorsium Sistem Kesehatan Nasional 2020 dari Universitas Airlangga, Setya Haksama mengatakan ke depannya Indonesia perlu memperhitungkan multi ancaman yang mungkin terjadi. Di dalam Covid-19 misalnya, masalah yang kemudian terjadi bukan hanya di bidang kesehatan namun juga ekonomi dan sosial.

Jumlah kasus positif memang mengalami penurunan, namun pada saat yang sama jangan sampai melupakan apa yang sedang terjadi di masyarakat. Menurutnya, di Indonesia penyebab utama kebanyakan penyakit adalah perilaku di masyarakat.

Pada pandemi ini, masyarakat sudah sadar bahwa lebih baik tetap berada di rumah. Walaupun demikian, masyarakat juga berpikir jika terus di rumah maka dirinya tidak akan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

"Kalau sudah begitu repot. Jadi mohon, bagaimana implementasi di bawah itu bisa masuk sampai ke sana," kata Setya.

Hal terakhir, lanjut Setya adalah komitmen pemerintah terkait bagaimana arah kebijakan kesehatan. Menurutnya, secara perencanaan dan konsep Indonesia sudah sangat ahli. Namun, implementasinya akan memiliki berbagai kendala di lapangan dan kemudian muncul kesulitan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement