REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kantor Perwakilan (Kpw) Bank Indonesia (BI) Solo memberikan pelatihan kepada para pelaku industri batik agar semakin berdaya saing global. Pelatihan tersebut merupakan salah satu persiapan rangkaian kegiatan Kenduren (Berkembang dan Berinovasi Menjadi UMKM Keren) UMKM 2021.
Pelatihan batik diikuti oleh 24 UMKM anggota Komunitas Seniman Batik Muda mitra binaan KPw BI Solo, dan pengrajin batik binaan KPw BI Provinsi Jawa Tengah, KPw BI DIY, KPw BI Tegal dan KPwBI Purwokerto. Pelatihan diselenggarakan pada Rabu-Kamis (14-15/4) berlokasi di workshop ikonik Kampoeng Batik Kauman, Solo.
Pemilihan lokasi tersebut bertujuan memberikan nuansa Jawa yang kental untuk membangkitkan semangat eksplorasi peserta. Selain itu, untuk lebih membangkitkan engagement anggota komunitas Seniman Muda Batik Indonesia untuk maju bersama melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa yang bernilai ekonomi tinggi.
BI menghadirkan pengusaha Batik dan pengajar di Institut Seni Indonesia Jogjakarta (ISI), Bayu Aria, sebagai narasumber. Bayu Aria dikenal dengan motif unik hokontul yang merupakan motif batik yang memadukan citra rasa Jepang dan Jawa.
Hokontul merupakan motif pembaruan batik lawas di masa penjajahan Jepang (hokokai), disingkat hoko-ntul karena dipadukan dengan nuansa Jawa tepatnya Bantul. Ciri khas batik ini terletak pada warna yang meriah, desain yang khas dan penggabungan unsur bentuk modern dengan kekhasan batikan tradisional Jogjakarta, Solo, hingga Pekalongan.
Hoku Series Bayu Aria telah menembus pasar luar negeri, seperti Malaysia, Amerika Serikat, Jepang, Korea, Venezuela, Hongkong, Paris dan lainnya. Pelatihan ini akan diikuti praktik serta pendampingan oleh trainer selama dua bulan hingga peserta dapat menguasai teknik dan menghasilkan inovasi produk.
Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan, pelatihan tersebut bertujuan untuk memacu kompetensi para pengrajin batik sekaligus mendorong terciptanya inovasi produk.
Salah satu fokus materi pelatihan yang diberikan berupa desain, motif dan pewarnaan kekinian yang digemari pasar dalam negeri dan global. Warna-warna lembut atau pastel dan motif alam yang mulai digemari pencinta fesyen telah diinisiasi oleh anggota komunitas seniman muda di Girilayu saat berlangsung Fashion Show Pesona Batik Girilayu melalui mentoring oleh anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) yang digandeng oleh KPw BI Solo.
"Pemberian pelatihan ini sebagai kelanjutan program tersebut serta ditujukan untuk menjawab tantangan utama industri batik saat ini yakni perlunya inovasi produk untuk perluasan segmen pasar dan regenerasi pengrajin batik," kata Nugroho seperti tertulis dalam siaran pers, Rabu (14/4).
Sebagai warisan budaya dunia, lanjutnya, batik memerlukan inovasi dalam segi motif yang lebih modern dan ringan serta warna yang sesuai tren pasar saat ini. Dari sisi regenerasi, pelatihan diberikan kepada para seniman muda batik Solo Raya yang telah dibentuk pada 2020.
Selain itu, pelatihan juga difokuskan pada pewarnaan alam (selain warna sintentis) yang saat ini menjadi tren global untuk mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah warna. Fokus ini juga merupakan bentuk dukungan sustainable development goals.
Preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat sehingga produk dengan proses produksi ramah lingkungan berpotensi mendapatkan pangsa pasar yang luas. Tujuannya untuk menciptakan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, dan hemat air, sehingga limbah yang dihasilkan lebih sedikit. Menggunakan warna alam akan menekan ongkos produksi karena harga lebih murah, tapi harga batik dengan pewarna alami di pasaran lebih tinggi.
Selain itu, pewarnaan alam ini sesuai dengan implementasi prinsip industri hijau yang dapat mendukung konsep ekonomi secara berkelanjutan. Batik warna alam juga diyakini dapat meningkatkan peluang pasar. Pengrajin batik didorong terus berinovasi mendapatkan berbagai varian warna alam.
Metode pewarnaan alam dengan memanfaatkan daun dan kayu yang cukup melimpah seperti dari pohon mangga, kulit manggis, mangrove, kersen, dan lain-lain."Diharapkan dengan pelatihan ini, para peserta dapat mengeksplorasi potensi batik Indonesia sehingga memperkaya ragam kain wastra Nusantara dengan warna alam dan motif modern tanpa harus meninggalkan motif dan warna pakem," katanya.
Ke depan, pelatihan tersebut dapat menjadi bekal pengrajin batik untuk terus berinovasi menciptakan pasar dan tren baru industri batik sehingga dapat menembus pasar global dan meningkatkan geliat ekonomi pascapandemi.