Selasa 13 Apr 2021 17:20 WIB

Teliti Vaksin Covid-19, Kemenkes Anggarkan Rp 400 Miliar

Produksi vaksin sendiri dibutuhkan agar kemandirian di bidang kesehatan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Hiru Muhammad
Petugas memberikan kartu vaksin kepada seorang lansia usai disuntik vaksin COVID-19 pada hari pertama bulan Ramadhan 1442 H di Rumah Sakit Dr Suyoto, Jakarta, Selasa (13/4/2021). Kementerian Kesehatan tetap melangsungkan vaksinasi COVID-19 saat umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang didasari fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 13 tahun 2021 tentang vaksinasi COVID-19 tidak membatalkan puasa.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Petugas memberikan kartu vaksin kepada seorang lansia usai disuntik vaksin COVID-19 pada hari pertama bulan Ramadhan 1442 H di Rumah Sakit Dr Suyoto, Jakarta, Selasa (13/4/2021). Kementerian Kesehatan tetap melangsungkan vaksinasi COVID-19 saat umat Islam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang didasari fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) nomor 13 tahun 2021 tentang vaksinasi COVID-19 tidak membatalkan puasa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti di Tanah Air kini tengah mengembangkan vaksin Covid-19 produksi dalam negeri yaitu Merah Putih. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyambut baik rencana ini bahkan telah menganggarkan Rp 400 miliar untuk mendukung penelitian vaksin Covid-19.

"Saya bangga melihat ahli-ahli di perguruan tinggi dibawah bimbingan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bisa memulai penelitian vaksin Covid-19 ini. Agak terlambat buat saya tetapi Kemenkes sudah mengalokasikan anggaran sekitar Rp 400 miliar untuk mendukung bersama-sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset dan Inovasi Nasional Republik Indonesia memulai penelitian vaksin," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat mengisi konferensi virtual Workshop BPOM bertema Pengawalan Vaksin Merah Putih dengan Tema Asistensi Regulatori Pada Tahap Awal Pengembangan Vaksin untuk Memperoleh Target Product Profile, Selasa (13/4).

Meski sedikit terlambat, pihaknya mengaku melakukan semua upaya karena Indonesia sangat membutuhkan vaksin-vaksin produksi sendiri agar bisa mengatasi masalah resiliensi atau kemandirian bidang kesehatan.  

Ia menegaskan resiliensi, kemandirian, kedaulatan di sektor obat-obatan dan kesehatan jadi hal yang penting. "Saya ingin menekankan pentingnya kemandirian atau resiliensi untuk sektor obat-obatan," ujarnya.

Ia menyontohkan Indonesia yang mengimpor vaksin Covid-19 AstraZeneca dari India dan kini terhambat karena negara tersebut memutuskan menyetop ekspor vaksin karena fokus pada penanganan negaranya. Budi menilai ini wajar dilakukan negara yang ingin melindungi rakyatnya.

Oleh karena itu, Budi berterimakasih pada BPOM karena telah menggandeng para peneliti ini melewati tahap pengembangan vaksin. Oleh karena itu, pihaknya juga berkomitmen mengajak para peneliti di Indonesia untuk bersama-sama mewujudkan vaksinasi. Ia menambahkan, ini jadi tugas bersama untuk mempersiapkan infrastruktur pabrik, infrastruktur obat, infrastruktur peneliti-peneliti, dan infrastruktur mekanisme untuk peneliti-peneliti bila virus-virus lain seperti SARS-CoV3 terjadi di Indonesia pada masa mendatang.

"Semoga Indonesia di masa depan lebih baik dibandingkan masa kini dan saya yakin untuk Indonesia masa kini lebih baik. Terimakasih BPOM, Kemenristek/BRIN," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement