Senin 12 Apr 2021 16:56 WIB

Yang tak Wajib Berpuasa di Masa Pandemi Covid-19

Tenaga kesehatan bisa meninggalkan puasa jika takut berdampak ke kesehatannya.

Petugas masjid menyemprotkan cairan disinfektan di area tempat ibadah di Masjid Jami Nurul Hidayah, Kalibata, Jakarta Selatan, Senin (12/4). Penyemprotan tersebut dilakukan dalam rangka persiapan shalat tarawih saat bulan Ramadhan sebagai upaya menjaga sterilisasi di area masjid. Masyarakat yang dalam kondisi OTG tidak diperbolehkan beribadah di tempat umum agar mencegah penularan Covid-19. Republika/Thoudy Badai
Foto:

Selain itu, selama Ramadhan Ketua Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB), James Allan Rarung, mengingatkan pentingnya konsumsi makanan sehat dan bergizi. Konsumsi makanan sehat berguna menjaga daya tahan tubuh saat menjalani puasa di masa pandemi Covid-19.

"Aktivitas seharian kita, baik tugas dan pekerjaan, teruslah dilakukan seperti biasanya. Hal yang berbeda selama bulan suci Ramadhan adalah pengaturan waktu yang tepat disesuaikan dengan waktu berbuka puasa. Pada kondisi ini, selain makan makanan yang sehat dan bergizi, juga adalah minum air yang cukup saat berbuka puasa," kata James saat dihubungi.

Menurut James, dengan selalu menjaga daya tahan tubuh atau sistem imun yang kuat, maka akan melindungi diri apabila terpapar dengan kuman yang dapat membuat sakit. Oleh karena itu, memiliki daya tahan tubuh yang kuat sangatlah penting sebagai upaya pencegahan dari penyakit.

James menuturkan beberapa hal penting yang dapat dilakukan dalam menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh atau status imun. Di antaranya adalah dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan, terutama yang kaya akan kandungan vitamin dan mineral.

Selain itu, juga harus cukup tidur atau istirahat, umumnya orang dewasa membutuhkan waktu tidur sekitar 7-8 jam, dan remaja membutuhkan waktu tidur sekitar 9-10 jam. Dengan tidur atau istirahat yang cukup, maka fokus atau konsentrasi dalam melakukan aktivitas akan selalu terjaga.

Di samping itu dengan beribadah yang baik dan teratur di bulan Ramadhan, menurut dia, akan sangat menguatkan mental, menjernihkan pikiran dan menenangkan hati atau perasaan. Semua itu merupakan faktor pendorong yang kuat dalam menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Masyarakat juga diharapkan dapat mengelola stres dengan baik. Apabila stres menguasai diri terus-menerus, maka salah satu dampak utamanya adalah meningkatkan produksi hormon kortisol. Dalam jangka panjang, peningkatan hormon kortisol dapat mengakibatkan penurunan fungsi kekebalan tubuh.

James mengatakan juga perlu rajin dan rutin berolahraga. Olahraga yang teratur dan baik sesuai kondisi tubuh akan menjaga kebugaran tubuh yang mana ini adalah faktor utama meningkatkan daya tahan tubuh.

Upaya lain untuk menjaga daya tahan tubuh adalah menghindari merokok. Masyarakat juga dapat mengonsumsi multivitamin atau obat-obatan yang khusus dibuat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, yang tentunya sudah memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

James mengatakan perlu menghindari ataupun mengurangi mengkonsumsi makanan-makanan junk food ataupun yang banyak mengandung lemak jahat dan atau disebut low-density lipoprotein (LDL). Justru seharusnya lebih sering makan masakan yang dimasak sendiri di rumah, karena akan lebih menjamin pilihan akan bahan makanan yang sesuai selera, termasuk cara pembuatan yang higienis.

Yang penting juga saat ini adalah menerapkan pola hidup sehat sesuai panduan protokol kesehatan termasuk 3M. Yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

photo
Infografis Panduan Ibadah Ramadhan Saat Pandemi 2021 - (Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement