Rabu 07 Apr 2021 12:52 WIB

Senyum Yuliana pada Hari Pertama Uji Coba Sekolah Tatap Muka

85 sekolah di DKI Jakarta melakukan uji coba tatap muka untuk pertama kalinya.

Siswa SMKN 15 Jakarta Selatan sedang mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) hari pertama di sekolah, Rabu (7/4).
Foto:

Dinas Pendidikan DKI Jakarta menetapkan 85 sekolah memenuhi kriteria uji coba sekolah tatap muka. Wali Kota Jakarta Timur, Muhammad Anwar, mengatakan sekolah di wilayahnya yang dipilih melakukan uji coba belajar tatap muka berasal dari wilayah I dan II Sudin Pendidikan.

Wilayah I meliputi Kecamatan Cakung, Kecamatan Pulogadung, Kecamatan Matraman, Kecamatan Duren Sawit, dan Kecamatan Jatinegara. Wilayah II meliputi Kecamatan Ciracas, Kecamatan Pasar Rebo, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Makasar, dan Kecamatan Kramat Jati.

Di Jakarta Pusat sebanyak 10 sekolah hari ini mulai melakukan uji coba sekolah tatap muka. Kesepuluh sekolah tersebut, yakni SDN Cideng 07, SDN Petojo Utara 05 Gambir, SMKN 16 Jakarta, SMKN 2 Jakarta, Sekolah PKBM Negeri 01 Kebon Kosong, SMP Mahatma Gandi School Sawah Besar, SDN Kenari 08, SDN Rawasari 05 Pagi, SMKN 44 Kemayoran, dan SMA Gandhi School Kemayoran.

Wali Kota Jakarta Pusat, Dhany Sukma, mengatakan, 10 sekolah tersebut menjadi percontohan (piloting) dalam uji coba kegiatan belajar tatap muka, yang nantinya akan diterapkan dari segi protokol kesehatan di sekolah lainnya. "Terkait dengan rencana sekolah tatap muka langsung di Jakarta Pusat, ada sepuluh sekolah yang direkomendasikan untuk menjadi piloting.

Dhany menjelaskan, setelah uji coba sekolah tatap muka selesai pada 29 April 2021, nantinya dievaluasi untuk kemudian ditentukan prototipe protokol kesehatan saat memasuki tahun ajaran baru 2021/2022. Hari ini Dhany meninjau uji coba di SMKN 2 Jakarta Gambir. Sekolah di sana hanya diperuntukkan siswa kelas XII, mengingat siswa akan mengambil uji sertifikasi. Selain itu, mata pelajaran dalam sekolah tatap muka juga diutamakan yang sesuai dengan jurusan masing-masing, sedangkan mata pelajaran dasar seperti matematika, bahasa Indonesia, dan lainnya masih dilakukan secara jarak jauh.

Terkait rencana pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka, Muhammad Zainal, WASH (Water, Sanitation & Hygiene) Specialist UNICEF Indonesia, mengatakan UNICEF sejalan dengan pemerintah dalam hal pembukaan kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Ia beralasan, penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 dalam jangka panjang akan memberikan dampak negatif terhadap anak khususnya dari segi pendidikan.

Beberapa dampak yang didapat terjadi pada anak saat sekolah daring, di antaranya meningkatnya risiko anak putus sekolah, kendala tumbuh kembang dan kualitas pembelajaran yang disebabkan adanya perbedaan akses pembelajaran jarak jauh, serta kesehatan mental dan psikososial karena minimnya interaksi anak dengan guru, teman dan dunia luar. "Tapi, pembukaan kembali sekolah harus diikuti dengan diterapkannya protokol kesehatan dan sekolah aman yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan siswa, guru, keluarga, dan masyarakat," ujar Zainal dalam webinar "Perubahan Kecil, Perlindungan Besar", Selasa (6/4).

"Di samping itu, layanan pendidikan selama pandemi juga harus mempertimbangkan kondisi tumbuh kembang dan psikososial siswa," ujarnya.

Penerapan protokol kesehatan yang baik dan lingkungan sekolah yang aman tentunya merupakan faktor yang harus dipenuhi jika pembelajaran tatap muka kembali dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi angka infeksi Covid-19 melalui klaster sekolah.

Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19, sekitar 14 persen dari total kasus Covid-19 Indonesia berasal dari anak sekolah. Karena itu, edukasi mengenai bagaimana cara melindungi diri dan keluarga dari virus tersebut sangatlah penting untuk dilakukan, tak terkecuali anak-anak.

Sementara itu, dr Fitria Agustina, SpKK FINSDV mengatakan, anak-anak perlu mendapat edukasi soal protokol kesehatan sebelum kembali ke sekolah. Hal sederhana yang perlu diajarkan adalah berusaha untuk tetap sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, istirahat cukup, dan olahraga.

"Kemudian hal simpel yang harus diajarkan adalah jangan pernah buka masker di tempat umum, jangan pernah mau maskernya dipinjamnya ke temannya. Pinjam-meminjam suatu barang kalau buat anak kan itu hal yang happy," kata dr Fitria.

Selain itu, setiap anak juga harus diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dengan membiasakan diri mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, segera mandi setelah beraktivitas dari luar rumah, dan segera mengganti serta mencuci pakaian dengan detergen.

photo
Ilustrasi Sekolah Tatap Muka - (republika/mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement