REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Antara
Hari ini menjadi hari pertama bagi Yuliana, Prayogi, dan Medina kembali ke sekolah secara fisik di SMKN 15 Jakarta Selatan. Di dalam ruangan kelas berkelir hijau itu, Yuliana (15 tahun) duduk dengan tenang di bangku paling belakang. Ia dan 13 siswa lainnya sedang belajar korespondensi. Mereka merupakan siswa kelas X jurusan otomatisasi dan tata kelola perkantoran (OTKP).
Mereka duduk berjarak satu sama lain. Setiap siswa juga menggunakan masker. Pembelajaran tatap muka (PTM), yang baru pertama kalinya digelar sejak pandemi Covid-19 melanda Jakarta ini memang dilangsungkan dengan menerapkan protokol kesehatan.
Meski ada rasa cemas bakal tertular Covid-19, Yuliana mengaku senang bisa belajar langsung di sekolah yang berlokasi di Kebayoran Baru itu. Baginya, materi pelajaran lebih mudah dimengerti saat belajar tatap muka dengan guru.
"Selama satu tahun terakhir nggak enak belajar online. Nggak ngerti pelajarannya. Makanya aku udah nunggu-nunggu banget belajar di sekolah ini," kata Yuliana kepada Republika.co.id, Rabu (7/4).
M Prayogi, yang duduk di bangku paling depan, juga mengaku senang belajar langsung di sekolah. Selain lebih dimengerti, ini juga kali pertamanya Prayogi bertemu teman-teman sekelasnya.
Sejak masuk SMKN 15 pada Agustus 2020, ia bersama teman-temannya selalu belajar secara daring di rumah. Mereka hanya saling mengenal lewat aplikasi perpesanan.
"Bahagia sih ketemu teman-teman sekelas untuk pertama kalinya. Belajarnya juga jadi ngerti. Kalau online kan kurang," kata Prayogi yang seperti siswa lainnya mengenakan baju seragam pramuka.
Baca juga : Infografis Ini yang Disiapkan Sebelum Sekolah Tatap Muka
Meski senang, ada juga rasa canggung. Salah satunya dirasakan Medina. "Aku senang mulai sekolah langsung. Tapi, rasanya canggung juga karena baru pertama kali ketemu teman-teman sekelas," kata gadis berambut ikal itu.
Dita Arlita (26), guru jurusan OTKP, juga mengaku senang bisa mengajar secara tatap muka. Sebab, materi ajar yang disampaikan akan lebih mudah dipahami murid mengingat pembelajaran SMK lebih banyak materi praktik.
"Saya lebih senang untuk SMK ini masuk langsung di kelas bisa praktik langsung. Dalam pelajaran surat-menyurat, misalnya, sebagian murid itu tidak punya laptop. Kalau di sekolah kan ada laboratorium komputer," kata Dita.
Secara personal, Dita mengaku memang merindukan suasa belajar di sekolah. "Saya kangen banget. Selama ini kan menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' lewat zoom meeting, kalau sekarang bisa langsung," ujarnya.
Untuk hari pertama belajar tatap muka, Dita mengaku melakukan sejumlah persiapan khusus. Salah satunya menyampaikan materi ajar kepada siswa sehari sebelum masuk sekolah. "Jadi, hari ini langsung praktik," katanya.
Kepala Sekolah SMKN 15, Prihatin Gendra Priyadi, mengatakan, pembelajaran tatap muka (PTM) hari ini diikuti 114 siswa. Mereka terdiri atas siswa kelas X dan kelas XII.
Setiap kelas, kata dia, maksimal diisi 18 siswa. Hari ini, untuk kelas XII ruangan kelas hanya diisi 10 siswa karena sedang mengikuti ujian. Sedangkan, kelas X diisi 12-18 siswa. Durasi belajar hanya empat jam.
Prihatin mengatakan, para siswa kelas X memang cenderung "malu-malu" pada hari pertama sekolah tatap muka ini. Ini adalah kali pertamanya mereka bertemu teman sekelas.
Baca juga : In Picture: DKI Jakarta Gelar Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka
"Sebagai siswa SMK 15, mereka baru pertama kali bertemu teman sekelas. Selama ini hanya via chatting. Jadi, ini kesempatan mereka untuk saling kenal," kata Prihatin kepada wartawan.
Semua siswa yang hadir diperiksa terlebih dahulu suhu tubuhnya. Lalu, diminta untuk mencuci tangan.
Secara keseluruhan, SMKN 15 memiliki 468 siswa. Dari 468 siswa itu, sebanyak 92,8 persen diizinkan orang tuanya untuk mengikuti PTM.
"Yang belum disetujui karena memang di keluarganya ada yang sakit mengkhawatirkan. Sempat terpapar Covid-19," kata Prihatin.
Dia menambahkan, selain mempersiapkan ruangan kelas, pihaknya juga menyiapkan dua ruang isolasi yang akan digunakan jika ada siswa yang bergejala Covid-19. Pihaknya juga telah bekerja sama dengan puskesmas untuk melakukan pengecekan lebih lanjut.
"Untuk hari ini tidak ada yang tidak dibolehkan masuk. Semuanya sehat dan bisa mengikuti PTM," ujarnya.
Uji coba sekolah tatap muka juga dilakukan di SDN Cipinang Melayu 8, Jakarta Timur. Sebanyak 61 siswa yang dibagi menjadi empat ruang kelas mengikuti uji coba.
"Total ada 61 siswa dari kelas 5," kata Kepala Sekolah SDN Cipinang Melayu 8, Sondang Aryani. Sondang mengatakan, sekolah telah menyediakan berbagai macam fasilitas untuk mendukung penerapan protokol kesehatan ketat.
"Fasilitas kita lengkapi semua. Masker, faceshield, hand sanitizer, thermo gun, terus wastafel," ujar Sondang.
Dia menyampaikan bahwa sebelum para siswa masuk ke ruang kelas terlebih dahulu dilakukan pengecekan suhu dan mencuci tangan. Selain itu, selama di ruang kelas juga, baik guru maupun siswa wajib menggunakan masker.
Baca juga : Wagub: Sekolah Tatap Muka Diperluas Bila Uji Coba Berhasil
"Semua siswa yang masuk dibagi per ruang. Sisanya di rumah belajar daring," katanya.
Sondang mengatakan, siswa yang hadir langsung dalam uji coba belajar tatap muka ini juga sudah mendapatkan izin dari orang tua masing-masing. "Mereka orang tua malah senang ingin anaknya cepat masuk," katanya.