Sabtu 03 Apr 2021 12:23 WIB

Ambisi Melipattigakan Hubungan Dagang Indonesia China

China dan Indonesia sepakat untuk menjangkau perdagangan di atas 100 miliar dolar AS

Presiden Jokowi bertemu Presiden Cina, Xi Jinping
Foto: setkab.go.id
Presiden Jokowi bertemu Presiden Cina, Xi Jinping

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Intan Pratiwi, Elba Damhuri

Pemerintah Indonesia dan China sepakat untuk menaikkan dan memperluas hubungan dagang kedua negara di tengah pandemi virus corona ini.

Baca Juga

China dan Indonesia sepakat untuk bisa menjangkau angka perdagangan di atas 100 miliar dolar AS dari yang ada sekarang atau tiga kali lipatnya. Dan itu sangat mungkin bisa dilakukan dalam tiga tahun ke depan.

Hal ini menjadi pembicaraan serius dalam kunjungan kerja Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi ke Wuyi, Fujian, China. M Lutfi bertemu dengan Menteri Perdagangan China, Wang Wentao,  membahas sampai tiga tahun mendatang kedua negara akan meningkatkan perdagangan.

Saat ini nilai perdagangan China Indonesia berada di angka 31 miliar dolar AS. Kedua negara sepakat untuk menetapkan target baru selama tiga tahun mendatang, yakni bisa mencapai 100 miliar dolar AS pada tahun 2024.

Lutfi menjelaskan untuk meningkatkan perdagangan itu, Indonesia dan China sudah meneken perjanjian kerja sama sejak 2011. Namun, dengan adanya target baru maka kedua negara membawa perjanjian ini ke jenjang yang lebih tinggi dengan memperdalam kegiatan-kegiatan perdagangan.

Perjanjian ini menjadi poin kedua dari pertemuan bilateral Indonesia China ini. Bentuk kerja samanya dari Bilateral Economic and Trade Cooperation (BETC) menjadi Trade and Investment Framework Agreement (TIFA).

"TIFA ini akan menjadi jenjang ke yang lebih tinggi, kemungkinan kita akan membicarakan untuk memperdalam kegiatan perdagangan kedua negara dengan skema Comprehensive Economic Partnership Agreement atau CEPA," kata Mendag Lutfi dalam konferensi pers virtual bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir di Wuyi, Fujian, Jumat.

Kedua belah pihak juga sempat membicarakan low hanging fruit dalam rangka memperbaiki neraca perdagangan kedua negara.

Setidaknya ada lima perusahaan Tiongkok yang akan mengimpor sarang burung walet dari Indonesia lebih dari 1,13 miliar dolar AS. Juga, ditambah dengan ekspor serta investasi produk furnitur dari Shandong Wood and Furniture dengan jumlah lebih dari 200 juta dolar AS.

Kemudian, ada investasi yang mendatangkan 150 perusahaan Tiongkok di Kalimantan Barat yang akan mempekerjakan lebih dari 3.000 orang, dan ini total investasinya 1,38 miliar dolar AS.

"Saya menyampaikan terima kasih kepada ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, karena dengan kerja sama ini kita akan memperbaiki bukan saja neraca perdagangan namun juga hubungan baik ekonomi antara kedua negara," ujar M Lutfi.

Total transaksi perdagangan antara Indonesia dan China pada 2020 mencapai 78,37 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.097 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS). Ekspor Indonesia ke China naik 10,13 persen pada 2020, sementara impor dari China justru turun.

Realisasi investasi China ke Indonesia melonjak tajam hingga 95,6 persen pada 2020 menjadi 4,8 miliar dolar AS. Catatan tersebut menjadikan Tiongkok jadi investor terbesar kedua Indonesia pada 2020 di bawah Singapura, dengan realisasi sekitar 9,8 miliar dolar AS. Hong Kong berada di ranking ketiga dengan 3,5 miliar dolar AS. 

Untuk defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China selama periode Januari-November 2020 mengalami penurunan sebesar 66,67 persen.

Atase Perdagangan Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira Anggraini menyebutkan pada periode Januari-November 2020 Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China sebesar 3,2 miliar dolar AS (Rp 45,4 triliun).

"Namun defisit tersebut menurun tajam dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 9,6 miliar dolar AS (Rp 135,9 triliun)," ujarnya.

Meskipun selama periode tersebut ASEAN menduduki peringkat pertama mitra dagang terbesar China, posisi Indonesia masih bertengger di peringkat keempat negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara itu dalam melakukan ekspor ke China.

Sepanjang 2020, nilai ekspor Indonesia ke China tercatat sebesar 33,1 miliar dolar AS (Rp459,8 triliun). Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam (69,5 miliar dolar AS), Malaysia (66,7 miliar dolar AS), dan Thailand (43,5 miliar dolar AS).

Secara keseluruhan Indonesia menempati posisi ke-14 negara pengekspor ke China dengan komoditas utama besi dan baja, kertas dan karton, tembaga, alas kaki, karet, dan aluminium. Komoditas ekpsor China ke Indonesia adalah mesin elektrik, reaktor nuklir, plastik, dan lain-lain. 

Indonesia memang selalu mencatat defisit perdagangan dengan China di mana Indonesia banyak mengimpor bahan baku. China memang dikenal sebagai negara yang selalu mencatat neraca positif perdagangan dengan negara-negara lain.

Kelebihan ekonomi China karena mereka sangat sedikit punya ketergantungan dengan negara lain. Namun demikian, bagi Indonesia, defisit perdagangan dengan China memberikan efek lain di mana Indonesia bisa memproduksi barang jadi dan kemudian dieskpor lagi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement