Jumat 02 Apr 2021 16:14 WIB

Pakar: Petir Memungkinkan Penyebab Kebakaran Kilang Balongan

Petri tropis bisa mengancurkan dan muatan arus petir jauh lebih besar.

Petir terlihat di kawasan pesisir Indramayu, Jawa Barat.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Petir terlihat di kawasan pesisir Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penelitian Petir (Lightning Research Center/LRC) Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Reynaldo Zoro menyebutkan, petir memungkinkan menjadi penyebab terbakarnya tangki Kilang Balongan, Indramayu, Jabar. Terlebih, ungkapnya, petir tropis memang memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan petir subtropis. Petir tropis memiliki sambaran tinggi, amplitudo besar, gelombang sangat curam, impulse force-nya bisa mengancurkan dan muatan arus petir jauh lebih besar.

"Sebenarnya tangki-tangki Pertamina memenuhi standar pengamanan. Hanya saja, karena petir tropis memang sangat kuat, bisa membuat tangki berlubang," ujarnya melalui keterangannya di Jakarta, Jumat (2/4).

 

 
photo
Sebuah gambar yang diambil dengan drone menunjukkan asap tebal mengepul saat kebakaran di kilang minyak Balongan milik negara di Balongan, Indramayu, Indonesia, 29 Maret 2021. - (EPA-EFE/STR)
 

 

Dan ketika tangki berlubang, lanjutnya, memungkinkan terbakar, karena tiga komponen penyebab kebakaran adalah spark yang berasal dari petir, bahan bakar, dan oksigen. Tadinya oksigen tidak ada. Tetapi ketika tangki bolong, jelasnya, maka ada ruang untuk oksigen.

Zoro juga menyebut, secara historis banyak kebakaran tangki kilang yang disebabkan sambaran petir, salah satunya kilang di Malaysia. "Saking banyaknya, sampai pernah dibukukan. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai tangki kilang yang pernah terbakar akibat petir. Termasuk di kilang Malaysia," katanya.

Terkait penyataan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang mengatakan petir tidak terjadi di daerah sekitar Balongan pada saat kebakaran tangki Pertamina, menurut Zoro, terlalu dini jika BMKG menyatakan hal itu. Dia menilai, lightning detector milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kurang akurat untuk melakukan evaluasi detail, karena lebih banyak ke arah cuaca.

Menurut dia, terdapat dua hal penting untuk melakukan evaluasi mengenai lightning detection system yakni local accuration dan detection efficiency. "Kalau mau evaluasi, kita harus menggunakan data yang baik dan alat yang canggih. Kalau peralatan BMKG itu agak berbeda," katanya.

Zoro mengungkapkan, data satelit Himawari yang dikenal sangat akurat menyatakan bahwa di sekitar Balongan sekitar pukul 00.00-03.00 WIB, terjadi pergerakan badai petir. "Bahkan, menurut pengamatan Himawari, dari sore sampai pukul 05.00 pagi. Dan konsentrasi petir tertinggi justru berada pada waktu yang diklaim BMKG," katanya.

Sedangkan hasil monitoring lighting detector BMKG, kerapatan petir sekitar pukul 00.00- 02.00 WIB, justru berkumpul pada bagian barat kilang minyak Balongan atau sejauh kurang lebih 77 kilometer.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement