Senin 29 Mar 2021 17:12 WIB

Surat Wasiat L yang Ledakkan Bom Saat Jadi Buruan Aparat

Pelaku bom bunuh diri di Makassar meninggalkan surat wasiat untuk orang tuanya.

Petugas mengangkat kantong jenazah berisi bagian tubuh dari terduga pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (28/3/2021). Bagian tubuh jenazah tersebut selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Makassar untuk diidentifikasi.
Foto:

Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, mempertanyakan upaya penanggulangan terorisme yang dilakukan di Indonesia. Resep dengan berbagai program seperti deradikalisasi dan kontraradikalisasi dinilai gagal mencegah teror.

"Penindakan dan penegakan hukum tidak sekedar tanpa efek jera namun juga membuat publik harus terus bertanya, ada apa dengan upaya penanggulangan terorisme?" ujar Fahmi kepada Republika, Senin (29/3).

Fahmi mengatakan, kejadian bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar,, memperlihatkan jaringan kekerasan ekstrem masih terus beraksi dan terus menginspirasi dengan propaganda dan hasutannya. Negara masih belum mampu mencegah pelaku teror mengulangi perbuatannya.

"Terus menunjukkan bahwa walaupun penindakan dan penegakan hukum telah berjalan, kita masih gagal mencegah pelaku teror mengulangi perbuatannya, atau yang belum tertangkap mengendur semangatnya," kata dia.

Fahmi mengungkapkan, beragam kegiatan serta program bertajuk deradikalisasi dan kontraradikalisasi dijalankan. Dialog kebangsaan juga tak sedikit digelar sebagai resep pencegahan tindakan terorisme. Namun, rentetan serangan kekerasan ekstrem dari waktu ke waktu masih saja terjadi.

"Rentetan serangan kekerasan ekstrem dari waktu ke waktu menyodorkan bukti jika resep itu masih gagal mencegah teror terus menghantui," jelas dia.

Terkait kejadian di Makassar, dia menilai aparat keamanan belum tentu dapat dikatakan kebobolan. Menurut Fahmi, bagian yang tersulit dari deteksi ancaman teror adalah memastikan kapan dan di mana serangan akan dilakukan. Deteksi, kata dia, hanya bisa dilanjutkan dengan penyampaian peringatan dan peningkatan kewaspadaan.

"Di makassar kemarin, kita lihat bahwa ledakan itu tidak terjadi di titik yang diinginkan karena pelaku gagal memasuki halaman gereja setelah dicegah oleh satpam setempat. Ini merupakan bentuk kewaspadaan yang patut diapresiasi," ungkap Fahmi.

Ketua Komisi III DPR Herman Herry meminta Polri dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk meningkatkan koordinasi dan kerja samanya dalam menanggulangi terorisme.

"Saya harap kepolisian dan lembaga terkait seperti BNPT bisa bekerja sama dalam mengantisipasi kejadian seperti ini. Negara punya kewajiban menciptakan rasa aman kepada setiap warganya," ujar Herman lewat keterangan tertulisnya, Senin (29/3).

Menurutnya, penanggulangan dan antisipasi terorisme merupakan langkah yang paling tepat agar kejadian serupa tak terulang di masa mendatang. Tindakan tersebut juga tak boleh dibibiarkan tanpa ada hukuman yang tegas.

"Juga tak kalah penting adalah merumuskan langkah antisipasi serta pencegahan agar tak ada kejadian atau korban serupa di masa yang akan datang," ujar Herman.

In Picture: Polisi Geledah Terduga Teroris di Condet, Jakarta Timur

photo
Petugas kepolisian berjaga di sebuah rumah sekaligus showroom mobil terduga teroris di kawasan Condet, Jakarta, Senin (29/3). Petugas kepolisan mengamanakan 2 orang dari lokasi tersebut.Prayogi/Republika. - (Republika/Prayogi)

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement