REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR— Upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dalam mewujudkan pembangunan akses jalan Bogor Inner Ring Road (BIRR) segera dimulai. Upaya tersebut diawali dengan penyerahan kontribusi tanah oleh empat pengembang utama, yakni GAP, GNA, Bogor Indah Sentosa, dan Surya Mas Duta Makmur pada Jumat (26/3).
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim menyebutkan, untuk mewujudkan akses jalan BIRR ini perlu dilaksanakan tiga poin penting.
“Dimulai dengan tadi penyerahan (tanah), kemudian pembebasan lahan, dan penetapan dari status lahan untuk dimanfaatkan sebagai akses jalan BIRR. Jadi itu tiga poin penting yang menjadi hal pembicaraan yang kita laksanakan tadi,” kata Dedie ketika ditemui Republika pasca penandatanganan kesepakatan bersama antara pengembang dan Pemkot Bogor, Jumat (26/3).
Dedie mengatakan, dari keseluruhan lahan yang diperlukan, Pemkot Bogor masih memiliki kewajiban membebaskan sekitar 25 persen lagi. Dimana, 75 persen sisanya sudah ter-cover dari empat pengembang yang menyerahkan aset atau tanahnya.
Setelah proses penyerahan tanah, selanjutnya akan dilakukan penetapan trase jalan. “Sehingga untuk beberapa lahan yang belum diserahkan, atau belum dibebaskan oleh Pemkot tidak bisa lagi diperjualbelikan kepada pihak ke-tiga itu,” jelasnya.
Berdasarkan keterangan Dedie, jalan BIRR sendiri akan memiliki panjang kurang lebih 11,3 kilometer. Namun, trase yang akan dijadikan prioritas merupakan trase Wangun-BNR, dengan panjang kurang lebih 7,1 kilometer. Sementara, 20 hingga 25 persen sisanya, merupakan lahan-lahan yang saat ini belum berhasil dibebaskan.
“Itu adalah lahan-lahan yang saat ini belum berhasil dibebaskan, atau memang tidak kena kewajiban pengembang. Itu milik perorangan rata-rata,” tuturnya.
Terkait pembuatan Detail Engineering Design (DED), diperkirakan akan dimulai tahun depan. Kemungkinan, dalam DED yang baru nanti terdapat beberapa jembatan baru.
Dedie menyebutkan, pembangunan jalan BIRR ini memiliki kontur yang menantang, namun dia menyebutkan, alam di sekitarnya indah. Sehingga, pembangunan jembatan atau jalan layang nanti harus mementingkan nilai estetika.
“Jadi karena di bawahnya itu ada jurang, di atas harus dibikin jembatan yang secara konstruksi selain kuat tapi juga indah,” ucapnya.
Selain tantangan dari sisi kontur, Dedie mengatakan, ada sebagian lahan yang saat ini menjadi bagian dari tempat pemakaman umum (TPU) yang dikuasai oleh yayasan. Namun, Pemkot Bogor sudah memiliki lokasi pengganti.
“Berarti harus ada penggantinya, sudah ada. Tetapi akses menuju TPU juga harus disiapkan, jadi banyak sekali PR-nya,” pungkasnya.