Kamis 25 Mar 2021 15:20 WIB

Indonesia Harus Bersiap Hadapi Pandemi-Pandemi Baru

Indonesia dinilai harus membangun sistem ketahanan kesehatan sejak sekarang.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin Covid-19 Astrazeneca saat vaksinasi.
Foto: Antara/Moch Asim
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin Covid-19 Astrazeneca saat vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan Indonesia harus bersiap untuk mengatasi berbagai ancaman kesehatan di masa depan. Ia menyebut, virus SARS Cov sudah menyerang dunia sebanyak dua kali, yaitu SARS Cov 1 yang terjadi awal tahun 2000, kemudian terjadi kembali dengan nama SARS Cov 2 yang terjadi tahun 2019.

"Tidak ada jaminan SARS Cov 3, SARS Cov 4 nggak akan datang lagi," kata Budi, dalam webinar Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Indonesia, Kamis (25/3).

Menanggapi kemungkinan munculnya pandemi-pandemi baru di masa depan, Budi menegaskan bahwa tanggung jawab manusia yang ada saat ini untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama nantinya. Indonesia sejak saat ini harus membangun sistem ketahanannya sejak sekarang.

"Untuk anak kita, untuk cucu kita, agar tidak sampai kena seperti sekarang, matinya sampai ratusan ribu," kata Budi.

Ia menjelaskan, setiap terjadi pandemi kemungkinan besar harus mengubah perilaku manusia secara umum. Misalnya, pandemi Kematian Hitam (Black Death) yang terjadi pada abad pertengahan di Eropa, yang menyebabkan perilaku manusia berubah menjadi lebih bersih.

Hal yang sama terjadi ketika pandemi HIV mulai menyeruak di dunia. Manusia harus mengubah perilaku berhubungan badan, yang sebelumnya begitu bebas. Terkait hal ini, Budi mengatakan untuk terlepas dari pandemi harus betul-betul ada perubahan perilaku masyarakat.

Selain itu, khusus untuk Covid-19, ada strategi yang harus dilakukan untuk menghindari virus yaitu dengan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) dan 3T (testing, tracing, treatment). Budi berpendapat, untuk dapat menjalankan strategi 3T masih mengalami beberapa kendala, misalnya teknologi testing yang masih harus dipenuhi.

Kendala-kendala yang ada, lanjut Budi, harus dihadapi oleh seluruh masyarakat. Selain mengubah perilaku selama pandemi, Indonesia juga harus mempunyai teknologi dan infrastruktur di seluruh wilayah untuk bisa melakukan 3T dengan berbagai jenis virus dan bakteri.

"Kita harus bangun kemampuan bagaimana riset dalam negeri yang teknologi baru, jangan yang kuno. Kita harus bikin yang baru, supaya nanti kalau datang lagi kita siap," kata dia menegaskan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement