Rabu 24 Mar 2021 08:23 WIB

Pandemi Ubah Perilaku Konsumen, Ini Respons Unilever

Gaya hidup serba digital menjadi salah satunya.

Ilustrasi aktivitas belanja online.
Foto: Republika/Darmawan
Ilustrasi aktivitas belanja online.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan Indonesia Data and Economic Forum (IDE) 2021 bertema “Reimagining the Future of Indonesia” rampung digelar. Pemangku kepentingan yang terkait dengan ekonomi, mulai dari pemerintah, korporasi, organisasi dan masyarakat luas berbagi peran dalam menjajaki berbagai tindakan konkret menuju kebangkitan ekonomi Indonesia pasca pandemi Covid-19. 

Dalam kegiatan yang digelar secara daring ini, Unilever Indonesia turut mengambil bagian dslan secara khusus mempersembahkan sebuah sesi berjudul “New Trends in Consumer Behaviour after Covid”. 

Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. menyatakan Ira Noviarti mengatakan, perekonomian yang terkontraksi, ditambah dengan pembatasan mobilitas selama setahun ke belakang, telah berdampak besar pada perubahan perilaku konsumen di Indonesia. 

"Kami memprediksi, setidaknya delapan perubahan perilaku konsumen akan terus bertahan bahkan setelah pandemi berakhir. Hal tersebut menunjukkan urgensi dari pelaku industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) seperti Unilever Indonesia untuk terus gesit merespons perubahan perilaku konsumen dan memanfaatkan momentum yang, bukan hanya membawa tantangan tetapi juga, membuka banyak peluang baru," papar dia.

Pertama, kata Ira, gaya hidup bersih, lalu semua aspek keseharian menjadi lebih fluid, ketiga, in home romance atau in home experience menjadi semakin penting, keempat, komunitas yang lebih kuat:.

Kemudian, kelima, tenomena reverse maslow.

Keenam, konsumen semakin teliti akan konsumsi dan pembelian yang mereka lakukan, dan ketujuh, gaya hidup serba digital.

“Kehadiran Unilever Indonesia di IDE 2021 adalah salah satu bentuk semangat kami untuk terus menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak guna menyongsong era pemulihan pasca pandemi. Ditambah lagi, fakta menyebutkan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan menyumbang 57,6% dari Produk Domestik Bruto. Dengan skala yang kami miliki, kami siap untuk terus memainkan peran kami dalam mendorong konsumsi masyarakat menuju kebangkitan perekonomian nasional,” sambung Ira.

Hal ini selaras dengan hasil survei terbaru dari Katadata Insight Center mengenai Perilaku Keuangan Konsumen Selama Pandemi Covid-19. Mulya Amri selaku Direktur Riset Katadata Insight Center menjelaskan, di dalam survei yang melibatkan 2.491 responden di 34 provinsi ini, terlihat bahwa 76,6% responden merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka sehingga lebih berhati-hati dalam menentukan alokasi pengeluaran. 

"Terungkap bahwa prioritas pengeluaran konsumen kini didominasi oleh barang kebutuhan sehari-hari (95,5%), biaya kesehatan (81,7%), dan untuk pendidikan (74,7%). Sementara barang elektronik (6,1%), kendaraan (4,1%), dan wisata, hiburan atau hobi (3,6%) menempati prioritas terbawah," kata dia.

Pakar pemasaran dari Inventure Consulting Yuswohady menanggapi, di tengah pandemi, pergeseran perilaku konsumen adalah sebuah keniscayaan. Covid-19 telah memaksa terjadinya apa yang ia sebut sebagai Consumer Megashifts 10X10, dimana perubahan perilaku konsumen menjadi 10X lebih besar dan dengan laju 10X lebih cepat. “Dengan demikian, setiap perusahaan, termasuk FMCG, menghadapi a whole new world dengan adanya gaya hidup, preferensi, prioritas, dan pola pengambilan keputusan pembelian konsumen yang sama sekali baru; dan akhirnya melahirkan pola baru pula dalam memasarkan produk-produknya,” ujarnya.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement