REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Para wisatawan yang berlibur di kawasan wisata tiga gili di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), mulai meninggalkan destinasi tersebut seiring berakhirnya ritual Nyepi umat Hindu di Bali.
"Para wisatawan kembali ke Bali karena gili hanya menjadi alternatif ketika Nyepi," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Utara Vidi Eka Kusuma, di Mataram, Senin (15/3).
Ia belum mengetahui secara pasti berapa total jumlah wisatawan yang datang ke Gili Meno, Air, dan Trawangan, pada saat libur Hari Raya Nyepi, Ahad (14/3). "Saya belum dapat angka pastinya, datanya ada di syahbandar. Tapi tidak hanya ke gili yang jadi tujuan alternatif, wisatawan juga ada yang ke Sekotong, Kabupaten Lombok Barat pada saat Nyepi," ujarnya.
Sementara itu Ketua Gili Hotel Asosiation (GHA) Lombok Utara Lalu Kusnawan memperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung ke tiga gili pada saat libur Hari Raya Nyepi sekitar 1.100 orang, baik turis asing maupun domestik.
Mereka datang ke tiga gili menggunakan kapal cepat dari Bali. Sekitar 60 persen wisatawan itu menginap di Gili Trawangan dan sebagian lagi di Gili Air, sedangkan di Gili Meno relatif sedikit.
"Adanya ribuan wisatawan yang berlibur ke gili saat Nyepi menyebabkan okupansi hotel di kisaran 30-40 persen. Kalau sebelum Nyepi, angka okupansi di bawah satu digit," katanya.
Namun, kata dia, setelah para wisatawan kembali ke Bali, kondisi kawasan wisata tiga gili kembali sepi seperti sejak pandemi Covid-19 mewabah di seluruh dunia. Menurut Kusnawan, kondisi destinasi wisata tiga gili yang kembali sepi perlu dimanfaatkan oleh para pelaku usaha pariwisata bersama pemerintah daerah untuk melakukan berbagai pembenahan berbagai fasilitas penunjang kunjungan wisatawan.
"Saya sudah sampaikan saat pertemuan dengan pemerintah daerah bahwa saat seperti sekarang ini lakukan pembenahan. Salah satunya, perbaikan gate di Pelabuhan Bangsal," ujarnya.