Senin 15 Mar 2021 18:22 WIB

Menanti Kepastian Soal Vaksin AstraZeneca

Indonesia tunggu hasil penelitian AstraZeneca dari BPOM dan WHO.

Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin Covid-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). Sebanyak 1.113.600 vaksin virus corona (Covid-19) jadi asal perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca tiba di Indonesia melalui skema kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility yang selanjutkan akan diproses di Bio Farma, Kota Bandung.
Foto:

Penggunaan vaksin AstraZeneca memicu kontroversi setelah ditemukan kasus penggumpalan darah setelah vaksinasi. Sejumlah negara Eropa, Asia, dan Afrika akhirnya menghentikan penyuntikan vaksin AstraZeneca.

Setelah Austria Senin (8/3) menghentikan sementara penyuntikan vaksin AstraZeneca, sembari menunggu hasil investigasi kasus kematian akibat penggumpalan darah dan emboli paru-paru, otoritas kesehatan di Denmark juga menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.

Dilaporkan, sedikitnya 22 kasus penggumpalan darah dan emboli paru-paru di antara tiga juta orang yang sudah mendapat suntikan vaksin AstraZeneca hingga tanggal 9 Maret 2021. Bahkan ada laporan kasus kematian, walau belum bisa dikonfirmasi apakah akibat langsung vaksinasi.

Otoritas kesehatan Denmark mengumumkan, mulai Kamis (11/3) menghentikan penyuntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca selama 14 hari. Hal ini terkait laporan dari beberapa warga yang mengembangkan kasus serius penggumpalan darah setelah diimunisasi. Bahkan dilaporkan adanya satu kasus kematian.

"Walau begitu, sementara ini tidak memungkinkan untuk menarik kesimpulan, apakah hal itu ada kaitan langsung dengan vaksinnya. Kami melakukan tindakan antisipasi dini, dan kasus ini harus diinvestigasi secara menyeluruh,” kata Menteri Kesehatan Denmark, Magnus Heunicke, lewat Twitter.

Kementerian Kesehatan di Kopenhagen terus melakukan investigasi terkait kasus itu. Juga menyerukan penyelidikan oleh lembaga pengawas obat-obatan Eropa EMA. Demikian pernyataan dalam situs web Kementrian Kesehatan Denmark. Izin penggunaan vaksin AstraZenecca diterbitkan EMA akhir Januari lalu.

Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen kepada wartawan juga mengonfirmasi, penyuntikan dengan vaksin AstraZeneca di negaranya untuk sementara dihentikan. "Berita ini membuat marah, karena kita tergantung dari apakah semua orang sudah divaksinasi,” ujar PM Denmark itu.

Belanda terpaksa juga membatalkan sekitar 43 ribu jadwal vaksinasi. Kantor berita ANP melaporkan langkah ini diambil setelah pemerintah memutuskan menahan penggunaan vaksin virus corona dari AstraZeneca selama dua pekan ke depan.

"Kami tidak bisa membiarkan keraguan dalam vaksin, kami harus memastikan semuanya benar, jadi cukup bijaksana menahannya sementara untuk saat ini," kata Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge.

Sementara itu, dikutip dari Reuters, AstraZeneca dalam tinjauan keamanannya menyatakan tidak ada bukti peningkatan risiko pembekuan darah setelah seseorang menerima suntikan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca. Tinjauan mencakup lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Inggris dan Uni Eropa, dilakukan setelah otoritas kesehatan di beberapa negara menangguhkan penggunaan vaksinnya karena masalah pembekuan.

"Peninjauan yang cermat terhadap semua data keamanan yang tersedia dari lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris dengan Vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam atau trombositopenia, dalam kelompok usia tertentu, dan jenis kelamin di negara tertentu," ujar pernyataan AstraZeneca.

AstraZeneca mengatakan, pengujian tambahan dilakukan oleh perusahaan dan otoritas kesehatan Eropa. Dari hasil pengujian tersebut tidak ada tes ulang yang menunjukkan kekhawatiran. Laporan keamanan bulanan akan dipublikasikan di situs web Badan Obat Eropa (EMA) pada minggu berikutnya.

Badan Obat Eropa mengatakan tidak ada indikasi bahwa kejadian itu disebabkan oleh vaksinasi. Badan itu menyatakan, sejauh ini ada 15 peristiwa trombosis vena dalam dan 22 peristiwa emboli paru yang telah dilaporkan. Kasus ini serupa dengan vaksin Covid-19 berlisensi lainnya.

Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Soumya Swaminathan, mengatakan, masih belum jelas apakah vaksin menyebabkan pembekuan darah atau tidak. Menurutnya, efek samping yang dilaporkan setelah vaksinasi harus dilihat dalam konteks kejadian yang terjadi secara alami pada populasi.

"Hanya karena dilaporkan setelah vaksinasi tidak berarti bahwa itu karena vaksinasi. Itu bisa sama sekali tidak berhubungan," ujarnya seperti dikutip laman Forbes.

photo
Vaksin Covid-19 untuk Indonesia (Ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement