REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kota Sukabumi, Jawa Barat, mulai menggencarkan promosi wisata heritage dan kuliner tempo dulu yang bertahan hingga sekarang. Keberadaanya bisa menarik kunjungan wisatawan dari luar kota bahkan luar negeri ke Kota Sukabumi.
Upaya mengangkat potensi wisata heritage dan kuliner tempo dulu tersebut misalnya dilakukan Yayasan Dapuran Kipahere. Mereka secara rutin mengagas acara walking tour ke sejumlah lokasi wisata heritage bersejarah di Kota Sukabumi dan kuliner khas Sukabumi.
"Walking tour ini untuk mengangkat wisata Kota Sukabumi dari segi kuliner dan destinasi wisata sejarah seperti bangunan heritage," ujar Ketua Yayasan Dapuran Kipahare kepada wartawan, Ahad (14/3).
Hari ini, dia mengajak wisatawan dalam jumlah terbatas karena pandemi Covid-19 ke daerah pecinan atau chinatown di Kota Sukabumi yang berada di Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong. Di kawasan pecinan Kota Sukabumi ada lokasi bangunan Widhi Sakti di Jalan Pajagalan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Kota Sukabumi. Bangunan tersebut dibangun pada 1911 dan diresmikan pada 1912.
Selain itu, ada kuliner legendaris yaitu Mie Cekaw di Odeon yang berdiri sejak 1940. Pabrik mi ini hingga kini masih memasok mie ke sejumlah warung makan khususnya mie di Kota Sukabumi.
Kuliner legendaris lainnya di kawasan pecinan adalah Roti Priangan Oey Tjiang Lie yang awal berproduksi pada 1943. Pabrik roti ini berada di Jalan Parigi Kelurahan Nyomplong, Warudoyong tidak jauh dari Vihara Widhi Sakti.
Menurut Irman, walking tour ini rutin digelar namun karena kendala pandemi Covid-19 senpat berhenti dulu dan sekarang mencoba bangkit dengan pola baru penerapan protokol kesehatan. Khususnya memberikan contoh wisata aman pada masa Covid dengan membatasi jumlah peserta tur, menggunakan masker serta membagi jadwal masuk ke lokasi bangunan.
Sebelumnya, Yayasan Dapuran Kipahare menawarkan paket wisata seperti wisata museum, wisata perkebeunan, wisata pemeritahan tempo dulu, dan wisata kostum tempo dulu untuk foto dan video. Di mana animo warga baik lokal maupun luar daerah cukup besar untuk mengikutinya.
"Potensi wisata heritage belum ada yang fokus karena rata-rata tur umum ke luar daerah seperti Yogyakarta dan luar negeri seperti umroh dan jarang di Sukabumi," ujar Irman. Oleh karena itu, yayasannya menjadi pionir dan contoh menarik pengunjung dari luar ke Sukabumi.
Irman mengatakan, potensi wisata bangunan sejarah atau heritage di Kota Sukabumi cukup banyak. Dari hasil inventaris lembaganya ada sebanyak 60 tempat atau titik yang potensial dapat dijual dan tinggal diklasifikasikan yang diangkat dan dipromosikan ke wisatawan.
Untuk memudahkan kunjungan, pihaknya menerapkan sistem keterhubungan yang dekat. Misalnya kunjungan dengan berjalan kaki atau walking tour di kawasan pecinan.
Di sisi lain, keberadaan kuliner legendaris Roti Priangan Oey Tjiang Lie memang cukup menarik untuk dikunjungi karena mampu bertahan dari awal produksinya pada 1943 hingga sekarang dan hanya ada di Kota Sukabumi.
Produksi Roti Priangan d.h Oey Tjiang Lie masih tetap menggunakan mesin dan oven tradisional dan bahan bakunya pun tidak mengandung bahan pengawet dan halal. "Kakek belajar dari orang Belanda rotinya beda dengan zaman sekarang," ujar Haris, yang merupakan generasi ketiga di pabrik roti tersebut.
Pemasaran roti ini hanya di Sukabumi dan bertahan hingga sekarang. Meskipun pada masa pandemi, omzet penjualan berkurang, namun produksi rotinya terus berjalan dan hanya tutup pada Jumat.
Salah seorang peserta walking tour kawasan pecinan Sukabumi, Dila Novianti (25 tahun) mengatakan, keberadaan wisata di kawasan pecinan ini sangat menarik untuk dikunjungi. "Sangat menarik karena di Sukabumi banyak yang belum banyak dikenal warga khususnya wisata sejarah dan kuliner tempo dulu," ujarnya.