Jumat 12 Mar 2021 19:41 WIB

Antisipasi Mutasi Covid-19 Meluas, Ini Upaya Kemenkes

Perlu pengawasan ketat di pintu masuk bandara, pelabuhan dan aturan perjalanan

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Hiru Muhammad
Salah satu keluarga penyintas COVID-19 B117 duduk di teras rumah di Desa Kubangjati, Brebes, Jawa Tengah, Jumat (5/3/2021). Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) warga Desa Kubangjati yang sempat terkonfirmasi positif COVID-19 B117 sepulang dari Arab Saudi tiga pekan lalu itu melakukan isolasi mandiri bersama tujuh anggota keluarga.
Foto: Oky Lukmansyah/ANTARA
Salah satu keluarga penyintas COVID-19 B117 duduk di teras rumah di Desa Kubangjati, Brebes, Jawa Tengah, Jumat (5/3/2021). Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) warga Desa Kubangjati yang sempat terkonfirmasi positif COVID-19 B117 sepulang dari Arab Saudi tiga pekan lalu itu melakukan isolasi mandiri bersama tujuh anggota keluarga.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah Indonesia telah mengonfirmasi bahwa ada enam kasus mutasi Covid-19 di Tanah Air yaitu B117 hingga awal Maret 2021.  Untuk mengantisipasi mutasi Covid-19 meluas di Tanah Air, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengaku telah melakukan upaya antisipasi termasuk memperoetat pengawasan di pintu masuk negara ini, baik lewat jalur darat, laut, dan udara.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengakui, luasnya Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Padahal, dia melanjutkan, varian Covid-19 seperti B117 dari Inggris sudah dilaporkan di 70 negara, kemudian B1351 dari Afrika juga dilaporkan lebih dari 20 negara, hingga varian Covid-19 dari Brasil juga ditemukan di lebih dari 30 negara dan tidak menutup kemungkinan masuk ke Indonesia. 

"Sehingga, cara-cara yang harus kami lakukan adalah memperkuat surveillans di pintu masuk," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB Bertema Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-CoV2, Jumat (12/3).

Ia menambahkan, pengawasan dilakukan di pintu masuk melalui udara atau pesawat terbang di bandara, pintu masuk laut karena banyak juga kapal-kapal dari luar negeri yang masuk dan harus dilakukan monitoring. Kemudian, dia melanjutkan, Kemenkes juga merujuk  ketentuan surat edaran (SE) nomor 7 tahun 2020 yang mengenai aturan untuk pelaku perjalanan.

Sehingga, semua warga negara Indonesia (WNI) yang masuk ke Indonesia harus menunjukkan hasil pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) negatif. Selanjutnya, mereka harus menjalani karantina selama lima hari di tempat-tempat yang sudah ditentukan. Kemudian kembali menjalani tes PCR.

Jika pada saat pemeriksaan ulang PCR dan jika hasilnya positif maka ini yang menjadi sampel kemudian diteruskan pada laboratorium yang melakukan hasil pengurutan genom atau Whole genome sequencing (WGS) untuk diperiksa lebih lanjut. Sementara itu, pasien positif terinfeksi virus ini harus dirujuk di tempat isolasi yang terpusat seperti Wisma Atlet  atau Wisma Pademangan di Jakarta. Kemudian, dia melanjutkan, mereka menjalani perawatan medis sampai sembuh baru kemudian kembali ke tempat asal. Upaya ini diakui untuk membatasi masuknya Covid-19 termasuk mutasi virus ini. 

"Kemudian kami juga melakukan penguatan pelacakan kasus. Jadi, setelah diketahui ada enam mutasi B117 di Indonesia kemudian kami lakukan pelacakan kasusnya kemudian memeriksanya," ujarnya.

Sayangnya, ia mengakui tidak semua laboratorium bisa memeriksa mutasi virus. Ia mengakui,  hanya sebagian besar laboratorium yang ada di perguruan tinggi yang bisa melakukan pemeriksaan WGS. Ia menyontohkan sentra laboratorium yang bisa melakukan pemeriksaan WGS seperti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM,), Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Universitas Padjajaran (Unpad), Institut Tekbologi Bandung (ITB), Universitas Airlangga (Unair) hingga Universitas Tanjungpura.

"Misalnya hari ini kondisi pelaku perjalanan positif Covid-19 baik-baik saja namun kemudian kondisinya memberat maka dilakukan oemeriksaan WGS," katanya.

Untuk memperluas jaringan, ia mengaku Kemenkes dan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/ BRIN) telah melakukan penandatanganan kerja sama untuk meningkatkan jumlah sampel untuk pemeriksaan WGS. Pihaknya juga berharap ada pengembangan jejaring laboratorium untuk kemudian membantu laboratorium perguruan tinggi lainnya dalam mengembangkan WGS. "Saat ini sudah ada 17 laboratorium yang tersebar dan dibagi berdasarkan regional untuk pemeriksaannya," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement