Kamis 11 Mar 2021 21:24 WIB

BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem Periode Peralihan Musim

Pada pagi-siang hari biasanya cuaca terik, tetapi memasuki siang-sore terjadi hujan.

Pekerja membongkar tenda yang ambruk akibat hujan angin di Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Rabu (3/3). Cuaca ekstrem dilanda cuaca ekstrem dalam sepekan terakhir. Hujan angin dan disertai butiran es melanda di beberapa wilayah Yogyakarta. Meski tenda ambruk vaksinasi Covid-19 yang sedang dilaksanakan tetap berjalan.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pekerja membongkar tenda yang ambruk akibat hujan angin di Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Rabu (3/3). Cuaca ekstrem dilanda cuaca ekstrem dalam sepekan terakhir. Hujan angin dan disertai butiran es melanda di beberapa wilayah Yogyakarta. Meski tenda ambruk vaksinasi Covid-19 yang sedang dilaksanakan tetap berjalan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada periode peralihan musim dari penghujan ke kemarau. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan ciri umum kondisi cuaca saat periode peralihan musim adalah adanya perubahan kondisi cuaca yang relatif lebih cepat.

Pada pagi-siang hari biasanya cuaca terik, tetapi saat memasuki siang-sore kerap terjadi hujan intensitas tinggi dengan durasi singkat. "Selama periode peralihan musim, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai, yaitu hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, puting beliung, waterspout, dan hujan es," kata Guswanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (11/3).

Baca Juga

Selain itu, dari hasil analisis dinamika atmosfer-laut menunjukkan bahwa fenomena La Nina masih dapat berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas lemah hingga normal. Kondisi tersebut berkontribusi pada peningkatan massa udara basah dan lembab di sekitar wilayah Indonesia.Menurutnya, Monsun Asia juga mulai memasuki periode pelemahan pada akhir Maret 2021 yang mengindikasikan bahwa periode puncak musim hujan di sebagian wilayah Indonesia mulai berakhir.

"Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021," kata dia.

Dalam sepekan ke depan, kata dia, dinamika atmosfer teridentifikasi masih berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan. Hal itu disebabkan adanya sirkulasi siklonik di Samudera Pasifik Timur Filipina dan di Samudera Hindia sebelah selatan Bali-Nusa Tenggara yang dapat mengakibatkan terbentuknya pola konvergensi dan belokan angin.

"Hal tersebut diperkuat dengan adanya fenomena Gelombang Rossby Ekuatorial yang diprediksikan masih cukup aktif di sekitar wilayah Indonesia bagian barat, selain itu kondisi labilitas udara lokal yang signifikan juga dapat meningkatkan potensi konvektifitas dan pembentukan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," katanya.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi sejumlah wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur. Kemudian Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

"Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es) yang dapat mengakibatkan banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin selama memasuki masa pancaroba tahun ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement