Rabu 10 Mar 2021 13:57 WIB

Kabar Baik, Uji Praklinis Vaksin Merah Putih April

Vaksin Merah Putih Eijkman diharapkan uji klinis fase I pada Juni 2021.

Presiden RI Joko Widodo (kanan) berdialog dengan seniman saat meninjau vaksinasi untuk seniman di Padepokan Seni Bagong Kussudihardjo, Bantul, Rabu (3/10/2021). Dalam kunjungan itu, Presiden Joko Widodo menyaksikan secara langsung proses vaksinasi Covid-19 bagi seniman di Yogyakarta. Indonesia juga terus berupaya mengembangkan vaksin dalam negeri, yaitu vaksin Merah Putih.
Foto: ANTARA/Diaz Firmansyah
Presiden RI Joko Widodo (kanan) berdialog dengan seniman saat meninjau vaksinasi untuk seniman di Padepokan Seni Bagong Kussudihardjo, Bantul, Rabu (3/10/2021). Dalam kunjungan itu, Presiden Joko Widodo menyaksikan secara langsung proses vaksinasi Covid-19 bagi seniman di Yogyakarta. Indonesia juga terus berupaya mengembangkan vaksin dalam negeri, yaitu vaksin Merah Putih.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Dessy Suciati Saputri, Silvy Dian Setiawan, Antara

Kabar baik datang dari usaha pengembangan vaksin Covid-19 di dalam negeri. Vaksin Merah Putih, nama bagi vaksin Covid-19 produksi Indonesia, diharapkan bisa memasuki masa uji praklinis April mendatang.

Baca Juga

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono menyampaikan perkembangan vaksin Merah Putih untuk Covid-19 yang tengah dikembangkan enam institusi. Ia menjelaskan, vaksin yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi dan Molekuler (LBM) Eijkman menjadi yang paling maju dibandingkan lima institusi lain.

"Prediksi ke depan sitvaksin Eijkman itu akan capai uji praklinis April-Mei 2021. Kemudian, uji fase I mudah-mudahan kita bisa kejar sampai nanti Juni 2021," ujar Dante dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR, Rabu (10/3).

 

Setelah itu, Kementerian Kesehatan akan menyusun panel ahli independen untuk setiap riset dan tahapan vaksin. Namun, ia menjelaskan, tahap perkembangan berikutnya bergantung pada kemampuan pengembang vaksin dalam uji praklinis.

"Kemenristek dan Kemenkes untuk menilai bahwa apakah vaksin yang di-develop dari lembaga-lembaga itu mempunyai hasil yang positif untuk dilanjutkan secara evidence based, ilmiah, sampai tahap produksi," ujar Dante.

Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, vaksin Merah Putih ditargetkan mendapatkan izin otorisasi penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) pada November 2022. Dengan durasi kegiatan sejak saat ini selama 19 bulan.

Baca juga : Guru Besar Unair: Virus B117 Lebih Cepat Menular

"Diakselerasi prosesnya menjadi bulan Juni 2022, durasi kegiatan 15 bulan," ujar Bambang.

Diketahui, pemerintah kembali membuka peluang kerja sama dengan pihak industri swasta nasional untuk turut serta menyukseskan percepatan pengembangan vaksin Merah Putih dalam penanganan pandemi Covid-19 jangka panjang. Sebab, pemerintah mempersiapkan proses pengadaan vaksin hingga tahapan industrial demi terjaminnya produksi vaksin dalam jumlah besar.

"Dibuka seluas-luasnya, di bawah koordinasi pemerintah untuk hilirisasi, baik meningkatkan kapasitas produksi, memfasilitasi proses uji praklinis dan uji klinis, maupun meluaskan target pasar," kata Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito.

Menurut Wiku, pengembangan vaksin Merah Putih saat ini telah memasuki tahapan penelitian berskala laboratorium atau lab skill research dan tahapan faktor ekspresi. Ia mengatakan, tahapan pengembangannya ini terus dimonitor oleh Kementerian Riset Teknologi/Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek BRIN).

Dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit, Indonesia dirasa perlu memiliki kemandirian dalam urusan vaksin. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke-4 bisa mencontoh negara lain dalam program vaksin mandiri. Salah satunya adalah India yang saat ini sudah berhasil melakukan itu.

Baca juga : Kemenko: Stok Bulog Menipis dan 7 Provinsi Defisit Beras

"Kita harus melihat kepada India karena mereka tidak hanya sekadar melakukan hilirisasi dari vaksin yang dikembangkan orang lain, tapi mengembangkan vaksinnya dari nol," ujar Bambang.

Vaksin Merah Putih yang dikembangakan di dalam negeri, kata Bambang, menjadi basis negara untuk melakukan vaksin mandiri. Meskipun terdapat sejumlah permasalahan yang disebabkan oleh pengalaman Indonesia yang belum pernah memproduksinya dari nol.

"Vaksin Merah Putih ini kami dorong supaya paling tidak Indonesia, sudah punya kemampuan untuk mengembangkan vaksin dari nol sampai diterima oleh masyarakat," ujar Bambang.

Saat ini ada enam institusi yang terlibat dalam pengembangan vaksin Merah Putih, yakni Univeristas Airlangga, Universitas Dipenogoro, Institut Teknologi Bandung, LIPI, Lembaga Biologi dan Molekuler (LBM) Eijkman, dan Univeristas Gadjah Mada (UGM).

"Kita tak boleh ketinggalan jauh dari India. Indonesia penduduknya terbesar keempat di dunia, tiga negara di atas kita sudah maju sekali industri vaksinnya," ujar Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement