Kamis 04 Mar 2021 20:06 WIB

5 Teknologi Reduksi Risiko Bencana Geologi Indonesia

Bencana geologi meliputi gempa, tsunami, dan tanah longsor.

Kondisi rumah tahan gempa yang sudah jadi dan sedang dalam pembangunan di Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Sabtu (6/4).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Kondisi rumah tahan gempa yang sudah jadi dan sedang dalam pembangunan di Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Sabtu (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan lima teknologi telah dikembangkan untuk mereduksi risiko bencana geologi di Indonesia. Bencana geologi meliputi gempa, tsunami, dan tanah longsor.

"Di dalam konteks bencana geologi, disamping bencana hidrometeorologi, maka BPPT telah berusaha mengupayakan teknologi terkait gempa dan tsunami, tanah longsor, tanah ambles, sebagai bagian dari upaya kita melaksanakan Peraturan Presiden nomor 93 tahun 2019," ujar Kepala BPPT Hammam Riza, Kamis (4/3).

Baca Juga

Hammam menjelaskan teknologi pengembangan lembaganya yakni INATEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), termasuk di dalamnya PEKA Tsunami atau prediksi kebencanaan berbasiskecerdasan artifisial tsunami. Tak hanya menguatkan pengembangan dari sisi perangkat kerasnya, namun juga manajemen kebencanaan berbasis artifisial.

Teknologi lainnya adalah LEWS (Landslide Early Warning System) atau sistem peringatan dini tanah longsor dengan mengembangkan sistem yang mendukung penyebaran informasi. Dalam menghadapi tanah longsor, BPPT juga mengembangkan Biotekstile atau pengikat partikel tanah yang terbuat dari serabut kelapa. Solusi tersebut diyakini Hammam dapat mengatasi erosi dan tanah longsor, dan tengah bekerja sama dengan industri untuk hilirisasi mencegah bencana tersebut.

Selanjutnya, RTG atau rumah tahan gempa dengan mengembangkan teknologi material komposit polimer, sebagai solusi pembangunan, salah satunya di wilayah Lombok Utara. Untuk monitoring kondisi kebencanaan dan alam terkini, serta sebagai referensi data dan informasi , BPPT meluncurkan INDI (Indonesia Network for Disaster Information) pada akhir tahun 2020.

INDI telah berjalan untuk asesmen kebencanaan seperti di Sulawesi Barat, melaksanakan kajian terkait penurunan tanah di beberapa kawasan seperti Jakarta, Semarang dan Bandung."Ini meningkatkan kecepatan kita untuk melaksanakan penanggulangan bencana dengan sistem peringatan dini yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih akurat, bersama seluruh pemangku kepentingan BPPT, melaksanakan kontijensi planning untuk penanggulangan bencana," kata Hammam.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement