REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membentuk Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Pandemi Covid-19 (TFRIC-19) sejak penyakit itu merebak di Tanah Air. Kerja keras tim itu telah melahirkan berbagai inovasi dalam upaya penanganan pandemi Covid-19.
TFRIC-19 terdiri dari lembaga litbang, perguruan tinggi, industri, asosiasi dan beberapa startup company. Mereka merespons kemunculan Covid-19 dengan berupaya menghadirkan solusi.
Solusi yang dilahirkan diantaranya Rapid Diagnostik Test untuk deteksi antibodi IgG/IgM, Recombinant Proteint N & S1, Biosensor Surface Plasmon Resonance (SPR), Artificial Intelligence untuk deteksi Covid-19. Kemudian ada Whole Genome Sequncing (WGS) berguna untuk profil karakteristik peta gen Covid-19. WGS juga sebagai acuan pengembangan vaksin, diagnostik dan produk berbasis gen lainnya.
"Ini bagian dari Konsorsium Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Pandemi Covid-19 Kementerian Ristek/BRIN yang melalui ekosistem inovasi telah melahirkan produk inovasi alat kesehatan karya anak bangsa," kata Deputi BPPT Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Soni Solistia Wirawan dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id pada Kamis (4/3).
Selain itu, Soni menyampaikan BPPT mempunyai berbagai inovasi di bidang alat kesehatan. Diantaranya Mobile Lab BSL2 yang dilengkapi dengan aplikasi Pantau Covid (PC-19). Teknologi ini memudahkan masyarakat yang akan melakukan swab test dengan registrasi daring untuk mendapatkan jadwal waktu dan urutan swab test.
"Lab mobile BSL2 BPPT saat ini ditempatkan di RS TNI Ridwan Meuraksa Taman Mini,dan Pemkot Tangerang versi bus untuk mendukung pemeriksaan swab dan PCR," ujar Soni.
Inovasi alat kesehatan berikutnya yakni tiga jenis emergency ventilator yang dikembangkan bersama mitra diantaranya PT LEN, PT PT Poly Jaya dan PT Dharma Precision Tools. Emergency ventilator tersebut diantaranya berbasis ambu bag dan CAM, berbasis Ambu Bag dan Arm serta ventilator CMV berbasis Pneumatik.
Tak berhenti sampai disitu, BPPT juga membuat inovasi teknologi biocompatible material untuk pengembangan Implan Tulang Traumatik Stainless Steel 316L bersama industri mitra PT. Zenith Allmart Precisindo hingga proses komersialisasi. Produk implan tulang traumatik Stainless Steel 316L tersebut telah ditayangkan dalam E- Katalog - LKPP dan telah dipakai di beberapa rumah sakit.
Kehadiran produk itu dianggap penting karena produk implan traumatik yang beredar di dalam negeri masih didominasi produk impor yang proporsinya mencapai 94 persen. Dari segi harga pun tidak murah.
"Kondisi ini menjadi penyumbang defisit BPJS yang semakin meningkat setiap tahun. Masalah tingginya biaya pembelian implan dan pajak import mendorong untuk pengembangan implan secara lokal," ucap Soni.