Rabu 24 Feb 2021 21:39 WIB

Ricuh Vaksinasi Tanah Abang Akibat Buruknya Komunikasi

Kericuhan berawal dari tingginya animo pedagang Pasar Tanah Abang untuk divaksin.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Papan pengumuman tak ada proses vaksinasi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (24/2).
Foto: Republika/Febryan. A
Papan pengumuman tak ada proses vaksinasi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui kericuhan saat vaksinasi di Pasar Tanah Abang dua hari lalu terjadi karena buruknya komunikasi publik kepada para pedagang. Alur vaksinasi yang diterapkan juga turut memicu kerumunan.

Koordinator Vaksinasi Pedagang Tanah Abang, Siti Khalimah, menjelaskan, kericuhan dan kerumunan berawal dari tingginya animo para pedagang untuk divaksin. Hal itu terbukti dengan melonjaknya jumlah pedagang yang mendaftar untuk divaksin pada gelombang kedua.

Baca Juga

Pada gelombang pertama, kata dia, jumlah pedagang yang mendaftar sebanyak 9.720 pedagang. Sedangkan pada gelombang kedua jumlah pedagang yang mendaftar sebanyak 11.300 orang lebih.

Di sisi lain, lanjut dia, pedagang sudah mendengar pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahwa vaksinasi di Tanah Abang akan berlangsung dalam lima hari saja terhitung sejak Rabu (17/2). Para pedagang pun cemas tak kebagian vaksin karena waktunya sudah hampir habis.

Siti mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah mensosialisasikan kepada pedagang bawha semuanya akan disuntik vaksin. Namun, sosialisasi itu ternyata tak mampu menghilangkan kecemasan pedagang. Walhasil, mereka berkerumun dan berdesak-desakan untuk bisa divaksin.

"Ya boleh dibilang, (kericuhan dan kerumunan itu terjadi karena) agak kurang komunikasi kita ke padagang," kata Siti yang merupakan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza pada Dirjen P2P Kemenkes itu, kepada Republika, Rabu (24/2).

Selain buruknya komunikasi publik, kata Siti, pemicu kerumunan adalah alur vaksinasi yang diubah. Pada pelaksanaan awal, 17-20 Februari, pedagang diminta datang ke lokasi vaksinasi sesuai jadwal yang tertera di kupon masing-masing.

Sedangkan pada 22 dan 23 Februari, vaksinasi digelar tanpa kupon. Pedagang akibatnya datang berduyun-duyun ke lokasi vaksinasi di jam yang sama.

"Pada Senin dan Selasa (23 dan 24 Februari) itu kita coba tidak pakai kupon. Nah itu mungkin yang membuat pedagang susah diatur," kata Siti.

Sebelumnya, Senin (22/2), ratusan pedagang, yang hendak ikut vaksinasi Covid-19, terhenti di lantai 7, Blok A, Pasar Tanah Abang. Petugas tak memperbolehkan mereka naik ke lantai 8, tempat vaksinasi, karena antrean di sana sudah membludak. Walhasil, sejumlah pedagang di lantai 7 itu cekcok dengan petugas.

Pada Selasa (23/2), kejadian serupa kembali terjadi di Blok A Pasar Tanah Abang. Berdasarkan pantauan Republika, tampak ratusan pedagang antre dengan berdesak-desakan di lantai 8. Mereka ingin segera mendapatkan suntik vaksin karena sudah menunggu berjam-jam.  

Lantaran kerumunan terus terjadi, pihak kepolisian pun menghentikan vaksinasi pada Selasa malam. Lalu, vaksinasi ditiadakan pada Rabu (24/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement