Selasa 23 Feb 2021 20:49 WIB

Harga Jual Anjlok, Petani Singkong di Lampung Resah

Harga singkong anjlok jadi Rp 800 per kg dari harga normal Rp 1.200 per kg.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Fuji Pratiwi
Petani melakukan panen tanaman singkong (ilustrasi). Sejumlah petani singkong (ubi kayu) pada beberapa daerah di Lampung mengeluhkan harga singkong anjlok jadi Rp 800 per kg dari harga normal Rp 1.200 per kg.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Petani melakukan panen tanaman singkong (ilustrasi). Sejumlah petani singkong (ubi kayu) pada beberapa daerah di Lampung mengeluhkan harga singkong anjlok jadi Rp 800 per kg dari harga normal Rp 1.200 per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Sejumlah petani singkong (ubi kayu) pada beberapa daerah di Lampung mengeluhkan harga singkong anjlok jadi Rp 800 per kg dari harga normal Rp 1.200 per kg. Harga tersebut masih dipotong 25 persen dari perusahaan penampung singkong.

Beberapa perusahaan tepung tapioka di Kabupaten Lampung Utara, Lampung Tengah, Tulangbawang, dan Tulangbawang Barat, yang biasa menerima singkong hasil panen petani, menentukan harga secara sepihak. Petani sama sekali tidak dilibatkan dalam penentuan harga, padahal bahan baku tapioka berasal dari petani setempat.

Menurut Arman (58 tahun), warga Sungkai Jaya, Lampung Utara, perusahaan tapioka menerima singkong petani dengan harga Rp 800 sampai Rp 850 per kg. Harga tersebut sangat jauh dari harapan petani singkong pada masa sulit pandemi Covid-19.

"Kami hanya dapat duit bawa pulang Rp 200 sampai 400 per kg," kata Arman, petani yang memiliki lahan singkong tiga hektare itu, Selasa (23/2).

Ia menuturkan, luasan tiga hektare lahan kebun singkongnya dengan harga jual Rp 800 per kg, tidak dapat menutupi biaya produksi mulai tanam, pupuk, hingga pemeliharaan. Artinya, ujar dia, dalam satu hektare tanaman singkong hanya dapat uang Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu saja.

Suyitno (52), petani singkong Seputih Agung, Lampung Tengah mengatakan, selama pandemi Covid-19 harga singkong semakin menurun dari Rp 1.200 per kg. Biasanya, dalam satu hektare, ia mendapat hasil jual singkong berkisar Rp 10 jutaan. Namun, dengan harga sekarang, ia merugi. 

"Singkong petani diterima perusahaan Rp 800 per kg, dipotong lagi kadar air rata-rata 25 persen, belum lagi bayar upah cabut dan angkut singkong," ucap Suyitno.

Menurut dia, harga singkong yang normal berkisar Rp 1.200 sampai 1.500 per kg, dengan potongan kadar air berkisar lima sampai tujuh persen saja. Namun, harga normal tersebut tidak pernah terjadi lagi sejak belasan tahun lalu.

Petani singkong di daerah lain, terpaksa menjual kepada tengkulak, lantaran panjangnya antrean penjualan singkong ke pabrik. Namun, sayangnya harga di tengkulak lebih rendah lagi dari harga pabrik berkisar Rp 700 sampai Rp 750 per kg ditambah potongan kadar air rata-rata 25 persen, dan juga upah bongkar muat singkong dalam mobil.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement