Selasa 23 Feb 2021 17:27 WIB

Berbekal Sebelum Menyesal

Berbekal dengan maksimal agar nanti tidak menyesal

amal (ilustrasi)

Pandangan berikutnya mengenai Yaum at-Taghabun menurut pakar bahasa Arab, Raghib al-Asfahani memahami kata ghubn dalam arti mengurangi hak pihak lain dalam interaksi dengannya dalam bentuk tersembunyi. Ini berarti ada pihak yang dirugikan oleh pihak lain dan ada juga pihak yang merugikan.

Syaikh Ath-Thabathaba’i juga memberikan pandangannya, Yaum at-Taghabun menurutnya ialah hari tampak segala sesuatu berbeda dengan apa yang pernah terlintas dalam benak. Misalnya tergambar dalam surah as-Sajdah/ 32: 17, “Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka dari yang menyedapkan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” begitu juga surah Qaf/ 50: 35 dan Az-Zumar/ 39: 47.

Pendapat ini, menurut Thabathaba’i, mencakup mu’min dan kafir. Yang mukmin tidak beramal lebih dari apa yang telah dilakukannya (padahal dia bisa meningkatkan amalnya) kemudian ia sangat menyesal. Sedang yang kafir, tidak memiliki alasan sama sekali karena waktu yang diberikan selama di dunia habis sia-sia. Demikianlah, keduanya menyesal dan merugi karena keduanya tidak memberi penilaian yang benar terhadap kehidupan ukhrawi dan baru mengetahui hakikatnya ketika itu.

Pengetahuan komprehensif tentang makna-makna hari akhir dalam Al-Qur’an mengantarkan kita pada pemahaman utuh bahwa setiap nama-nama tersebut mewakili keadaan seluruh manusia kelak. Melalui pemahaman ini juga, secara sadar, semoga meningkat amal dan rasa syukur untuk terus beribadah. So, selagi masih ada umur dan sehat lahir batin, mari berbekal! Berbekal dengan maksimal agar nanti tidak menyesal: untuk apa ni’mat sehat yang Allah berikan jika bukan untuk memperbaiki dan menambah amal? Wallahu a’lam..

*Penulis, dosen, 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement