Deutsche Welle pada Sabtu (20/2) melaporkan, pemerintah Israel mengeklaim vaksin yang digunakan oleh negara itu, BioNTech-Pfizer, 95,8 persen efektif mencegah masyarakat masuk rumah sakit dan berhasil menekan kasus kematian terkait virus corona. Pemerintah Israel juga mengatakan vaksin tersebut 98 persen efektif mencegah demam atau masalah pernapasan.
Atas kesuksesan program vaksinasinya, Israel membuka kembali sebagian sektor perekonomiannya pada Ahad (21/2). Dilaporkan Reuters, Pemerintah menyebut dimulainya lagi rutinitas dimungkinkan oleh vaksinasi Covid-19 yang telah menjangkau setengah populasi negara tersebut.
Toko-toko, perpustakaan, museum dapat dibuka lagi tapi peraturan jaga jarak masih diberlakukan. Sejumlah fasilitas seperti gym, hotel, dan sinagog sudah diizinkan untuk dibuka kembali. Tetapi akses ke tempat-tempat itu hanya diberikan pada mereka yang memiliki 'paspor hijau' atau bukti telah divaksin.
Namun Nachman Ash, dokter yang bertanggung jawab atas tanggapan Covid-19 di Israel mengatakan, penerapan karantina wilayah atau pembatasan sosial masih mungkin terjadi. Sebab setengah populasi masih belum kebal terhadap virus corona.
Israel telah memberikan setidaknya satu dosis vaksin Pfizer Inc kepada lebih dari 46 persen dari 9 juta populasinya. Israel sendiri telah mencatatkan lebih dari 740 ribu kasus Covid-19. Sebanyak 5.500 warga di sana telah meninggal akibat terinfeksi penyakit tersebut.
“Kami adalah negara pertama di dunia yang bangkit kembali berkat jutaan vaksin yang kami bawa. Vaksinasi? Dapatkan Green Pass dan kembali ke kehidupan," kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melalui akun Twitter pribadinya.
לכו להתחסן! שבוע טוב 🇮🇱💪 pic.twitter.com/oyC44e8GTT
— Benjamin Netanyahu (@netanyahu) February 20, 2021
Cerita sukses vaksinasi Israel berbanding terbalik dengan negeri tetangga, Palesitna. Baru-baru ini, Bank Dunia mengatakan rencana vaksinasi Covid-19 di Palestina menghadapi kekurangan dana sebesar 30 juta dolar AS.
Palestina berencana memvaksinasi 20 persen warganya dengan menggunakan vaksin Covax. Covax adalah program yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan bertujuan menyediakan 20 persen vaksin gratis bagi negara-negara berpenghasilan rendah serta menengah. Para pejabat Palestina berharap bisa memperoleh vaksin tambahan untuk mencapai cakupan 60 persen.
Menurut Bank Dunia, untuk memvaksinasi 60 persen populasinya, Palestina diperkirakan membutuhkan dana 55 juta dolar AS. "Terdapat kesenjangan sebesar 30 juta dolar AS," katanya dalam sebuah pernyataan pada Senin (22/2), dikutip laman Aljazirah.
Bank Dunia mengungkapkan, Israel harus mempertimbangkan untuk menyumbangkan kelebihan dosis vaksinnya kepada Palestina. Hal itu agar vaksinasi massal di Tepi Barat dan Jalur Gaza dapat segera dilakukan.
"Untuk memastikan ada kampanye vaksinasi yang efektif, otoritas Palestina dan Israel harus berkoordinasi dalam pembiayaan, pembelian dan distribusi vaksin Covid-19 yang aman dan efektif," kata Bank Dunia.
Dari hasil sumbangan kecil Israel, Rusia, dan Uni Emirat Arab (UEA), Palestina sudah memperoleh 32 ribu dosis vaksin. Namun jumlah itu masih sangat jauh dari yang dibutuhkan untuk memvaksinasi 5,2 juta warga di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
In Picture: Foto Kompleks Masjid Al Aqsa Diselimuti Salju