Jumat 19 Feb 2021 18:06 WIB

BPBD DKI: 99 RT di Jakbar dan Jaktim Terdampak Banjir

Pemprov DKI telah mengerahkan personil dan pompa mobile di wilayah terdampak banjir

Rep: Flori Sidebang/ Red: Hiru Muhammad
Relawan dari Dompet Dhuafa mengevakuasi warga yang terjebak banjir di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2021). Banjir di kawasan tersebut akibat curah hujan yang tinggi dan meluapnya air dari Kali Sunter.
Foto: SIGID KURNIAWAN/ANTARA FOTO
Relawan dari Dompet Dhuafa mengevakuasi warga yang terjebak banjir di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, Jumat (19/2/2021). Banjir di kawasan tersebut akibat curah hujan yang tinggi dan meluapnya air dari Kali Sunter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BPBD DKI Jakarta mengungkapkan, berdasarkan data terkini, total ada 99 RT di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur yang masih terdampak genangan air. Hal ini akibat intensitas hujan di Ibu Kota yang cukup tinggi."Untuk wilayah Jakarta Barat, meliputi tiga kelurahan, terdiri atas 3 RW dan 3 RT, namun tidak ada pengungsi," kata Plt Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Sabdo Kurnianto dalam keterangan tertulis resminya, Jumat (19/2) sore. 

Untuk wilayah Jakarta Timur, genangan yang terjadi juga disebabkan oleh luapan PHB (penghubung) Sulaiman dan Kali Sunter. Genangan air meliputi 9 kelurahan, terdiri atas 31 RW dan 96 RT, serta sebanyak 182 kepala keluarga (KK) atau 694 orang masih mengungsi. “Seluruh genangan sedang ditangani oleh jajaran Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta dan PPSU Kelurahan," ujarnya. 

"Untuk di Jakarta Timur, khususnya di RW 02 dan RW 03, Kelurahan Cipinang Melayu, saat ini kami sedang melakukan pemompaan di PHB Sulaiman dan Kalimalang. Harapannya, dapat surut dalam beberapa jam ke depan,” ucap Sabdo menjelaskan.

Dia menyebut, Pemprov DKI Jakarta pun telah mengerahkan personel dengan menggunakan pompa mobile untuk mempercepat penyedotan air di kawasan pemukiman dan jalan raya yang terdampak genangan. Pemantauan dan pengoperasian pintu air juga terus dilakukan untuk memastikan tidak ada hambatan dalam mengalirkan air.

Selain itu, Sabdo menjelaskan, Pemprov DKI Jakarta berupaya menuntaskan genangan dan banjir dalam kurun waktu enam jam. Namun, kata dia, perlu diketahui, durasi enam jam tersebut dihitung sejak hujan berhenti dan tidak ada lagi luapan kali atau saluran penghubung."Mulai dihitungnya seperti itu, sejak tidak ada lagi luapan dan hujan juga sudah berhenti. Jika masih ada luapan dari kali atau saluran, maka tidak bisa juga untuk mengaliri air," jelasnya.

Sabdo juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi curah hujan dengan intensitas tinggi, khususnya di Jakarta, pada 19-20 Februari 2021. Peringatan dini telah dikeluarkan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

Berdasarkan hasil pantauan satelit milik LAPAN, prediksi hujan dan angin pada ketinggian 850 mb (1,5 km) masih berlangsung pada Jumat (19/2) pukul 17.00 WIB. Pemprov DKI Jakarta juga akan bersiaga dan mempercepat penanganan di lokasi-lokasi yang rawan terdampak genangan maupun banjir.

“Waspada potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada menjelang siang - sore hari; Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara pada sore - malam hari," tutur Sabdo. 

"Prakiraan ini akan selalu diperbarui setiap ada perubahan angin dan pergeseran awan. Kami mengimbau masyarakat tetap waspada, karena diprediksi cuaca ekstrem juga terjadi hingga esok hari, 20 Februari 2021,” imbuhnya.

Sementara itu, di lokasi terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengklaim terjadi penurunan signifikan terhadap titik-titik lokasi yang terdampak banjir maupun jumlah pengungsi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut Ariza, saat ini lokasi terjadinya banjir cenderung sedikit. 

"Sampai hari ini yang terdampak (banjir) ada 57 RT dari 30.470 RT, jadi kecil sekali. Jumlah pengungsi ada 182 KK. Kalau melihat data dari tahun-tahun sebelumnya, terjadi penurunan signifikan," ujar Ariza di Balai Kota Jakarta. 

Ariza mencontohkan, pada tahun 2013 terdapat 38 korban jiwa akibat banjir di Jakarta. Kemudian, tahun 2018 terdapat satu korban jiwa serta tahun 2019 dan 2020 masing-masing terdalat dua korban jiwa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement