REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Sekitar 1.600 warga dari 9.000 warga terdampak banjir di Kota Pekalongan, Jawa Tengah, masih mengungsi di beberapa tempat pengungsian. Hal ini menyusul masih tingginya genangan banjir di beberapa lokasi.
Wakil Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid, Rabu (17/2), mengatakan, curah hujan yang masih relatif tinggi menyebabkan beberapa wilayah dengan kondisi cekung masih tergenang banjir. Terkait kedisiplinan pengungsi mematuhi protokol kesehatan, Afzan mengaku ada sekitar 50 persen warga yang mengungsi tak mematuhi protokol kesehatan sehingga pemkot mengajak mereka minimal memakai masker dan menjaga jarak.
"Kami terus mengimbau pengungsi harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Jumlah tempat dengan warga mengungsi yang tidak seimbang menjadi persoalan adanya ketidakpatuhan mereka mematuhi protokol kesehatan," katanya.
Kendati demikian, kata dia, untuk mengurangi persebaran Covid-19, pemkot akan melakukan pelacakan (tracing) terhadap para pengungsi agar tidak menimbulkan klaster baru. "Kami akan melakukan pelacakan untuk menghindari pengungsi yang reaktif maupun positif menular pada warga yang lainnya. Yang jelas, kami akan berusaha mengontrol pada pengungsi," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekalongan Dimas Arga Yudha mengatakan, saat ini banjir masih menyisakan dua wilayah kecamatan tergenang banjir yaitu Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat. Adapun penyebab banjir yang tidak kunjung surut, kata dia, adalah wilayah di dua kecamatan itu kondisi permukaan tanahnya lebih rendah dibanding wilayah lainnya sehingga genangan air sulit surut.
"Selain itu, gelombang tinggi juga menyebabkan rob mengalir ke sungai yang bermuara di wilayah utara dan menambah luberan atau genangan yang ada ke permukiman penduduk," katanya.