Selasa 16 Feb 2021 17:00 WIB

Cara Hindari Stres Saat Pandemi Menurut Psikolog

Banyak orang stres di masa pandemi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Cara Hindari Stres Kala Pandemi Menurut Psikolog. Foto:   Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Cara Hindari Stres Kala Pandemi Menurut Psikolog. Foto: Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pandemi Covid-19 tak hanya menjadi ancaman bagi kesehatan fisik namun juga mental. Setahun sejak kasus pertama terjadi di Wuhan, China pada Desember 2019, virus SARS-CoV-2 telah berkontribusi pada peningkatan stres dan depresi.

Psikolog dari Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim mengatakan bahwa hingga kini banyak orang yang belum bisa beradaptasi dan sulit survive di tengah pandemi. Keterpurukan ekonomi, kehilangan orang terdekat, dan segudang masalah lain telah memicu stres bahkan depresi.

Baca Juga

"Stres hebat dan terjadi dalam waktu lama itu bisa membuat depresi. Ketika seseorang sudah depresi, ia cenderung melakukan hal-hal yang tidak masuk akal seperti menyendiri terus dan melakukan percobaan bunuh diri," kata Rose Mini saat dihubungi Republika pada Selasa (16/2).

Lalu bagaimana cara menghindari stres atau depresi selama pandemi? Menurut Rose hal pertama yang mesti dilakukan adalah bersyukur. Jangan terus-menerus fokus pada hal buruk atau dampak negatif dari pandemi, ubah cara pandang menjadi lebih positif dan bersyukurlah atas kenikmatan yang dirasakan, sekecil apapun itu.

"Bersyukur masih bisa bernapas, diberikan kesehatan, masih bisa berkumpul dengan keluarga. Syukuri apa yang saat ini kalian miliki dan rasakan, jangan fokus pada apa yang hilang," kata Rose.

Bagi orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penurunan pendapatan, Rose menyarankan agar mereka segera move on dan mulai menggali skill baru. Setiap orang memiliki potensi dalam diri yang berbeda dan mungkin selama ini kurang bisa dikembangkan. 

"Dan itu bisa dikembangkan lagi saat ini," kata Rose 

Tak hanya itu, untuk menghindari stres, setiap orang juga perlu menjaga komunikasi dan interaksi dengan yang lain. Meski aktivitas sosial masih dibatasi, komunikasi harus tetap dilakukan misalnya dengan virtual.

"Komunikasi atau misalnya curhat bisa meringankan beban pikiran, dan Anda juga akan mendapat insight baru dari lawan bicara," kata Rose.

Terakhir yang tidak kalah penting adalah dengan memperkaya literasi dan informasi tentang Covid-19. Pastikan informasi diambil dari sumber terpercaya, guna meredam rasa cemas atau takut akan Covid-19.

"Karena banyak orang yang cemas atau takut berlebih sama virus, sampe pada akhirnya mereka nggak bisa melakukan apapun. Mereka terbelenggu dengan rasa takut," kata dia.

Untuk bisa keluar dari gangguan mental di kala pandemi, Rose juga menekankan pentingnya support system dari keluarga atau rekan. Dengan begitu, seseorang tidak akan mudah stres atau depresi.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement