Jumat 12 Feb 2021 14:39 WIB

Sembahyang Imlek di Klenteng Hok Lay Kiong Dibatasi

Tahun ini tak ada sembahyang Imlek bersama di Klenteng Hok Lay.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Indira Rezkisari
Suasana perayaan Imlek di Klenteng Hok Lay Kiong Kota Bekasi, Jumat (12/2).
Foto: Republika/Uji Sukma Medianti
Suasana perayaan Imlek di Klenteng Hok Lay Kiong Kota Bekasi, Jumat (12/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Perayaan Imlek di Klenteng Hok Lay Kiong, Kota Bekasi. dibatasi. Warga keturunan Tionghoa yang sembahyang hanya boleh berjumlah 200 orang saja.

“Untuk kapasitas tempat kita bisa nampung 200 orang, Setelah itu ditutup dan dibuka lagi  untuk sesi-sesinya,” kata Ketua Yayasan Pancaran Tri Dharma Rony Hermawan, kepada wartawan, Jumat (12/2).

Baca Juga

Dia mengatakan,sembahyang yang dilakukan lebih kepada ibadah perorangan. Tak ada sembahyang bersama seperti Imlek tahun-tahun sebelumnya. Namun, tetap menggunakan protokol kesehatan Covid-19 yang ketat.

“Kalau ada yang mau datang bersembahyang perorangan dipersilahkan dengan protokol Covid 19 diperiksa suhu badan. Suruh cuci tangan,” tutur dia.

Sebelumnya, warga keturunan etnis Tionghoa di Kota Bekasi diimbau untuk merayakan perayaan Tahun Baru Imlek secara virtual. Hal ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Pancaran Tridharma, Ronny Hermawan.

Imbauan tersebut bukan tanpa alasan. Tentunya, penyebabnya adalah tingginya angka penyebaran kasus Covid-19 di Kota Bekasi yang masih tinggi.

“Kita sudah mengimbau juga ke saudara-saudara kita umat Buddha, Kristen, Katolik yang Tionghoa kalau perayaan Imlek tahun ini dirayakan di rumah masing-masing saja,” kata Ronny, kepada wartawan, Sabtu (6/2) lalu.

Dia mengatakan, masyarakat diharapkan dapat memahami jika memang kondisi Covid-19 masih sangat mengkhawatirkan. Terutama tradisi Imlek biasanya mengharuskan kerabat yang lebih muda mengunjungi orang tua mereka.

“Tradisi yang memang ada itu kan kalau Imlek itu yang muda-muda mendatangi yang tua-tua. Nah ini kan sebuah hal yang sangat riskan, yang muda-muda kalau OTG datang ke yang tua-tua, sementara yang tua itu neneknya, kakeknya atau bapaknya mungkin punya penyakit bawaan,” jelas dia.

Lebih lanjut Ronny menyebut, dalam kasus Covid-19, para lansia memiliki risiko yang lebih tinggi ketika terpapar dibandingkan orang yang berusia lebih muda. Terlebih, apabila mereka yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid.

“Yang tua itu neneknya, kakeknya atau bapaknya mungkin punya penyakit bawaan, didatangi sama yang muda-muda, cucu-cucunya yang kuat-kuat padahal OTG, bahaya kan, kasian dong orang tua kita,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement