Kamis 11 Feb 2021 13:49 WIB

Viral sebagai Logika Media, Refleksi Hari Pers

Viral sebagai Logika Media

Karikatur anti  PKI di media massa pada tahun 1953.
Foto:

Pers dan Medium Nilai

Hari Pers adalah harinya wartawan. Independensi, integritas, profesionalisme, non-diskriminasi dan komitmen untuk berpegang teguh pada nurani adalah nilai-nilai luhur yang patut dijunjung.

Nilai-nilai itulah yang membingkai informasi menjadi berita. Setiap data diverifikasi, diproses dan diinvestigasi sampai lahir karya-karya jurnalistik yang mencerahkan dan mencerdaskan. Di era seperti ini sangat surplus informasi, tetapi defisit inspirasi.

Pers idealnya dapat membangun semangat literasi dengan mendorong terciptanya ruang publik. Upaya memfasilitasi pertukaran gagasan dan membuka wacana-wacana produktif.

Menyikapi perkembangan media kontemporer, insan pers dapat beradaptasi dan memainkan peran sentral dalam agenda-agenda perubahan. Pers tidak perlu melawan arus media sosial, tetapi justru membawa arus baru yang mewarnai diskursus publik.

Seperti ungkapan Thomas Jefferson, bahwa “Pers adalah instrumen paling baik dalam pencerahan dan meningkatkan kualitas manusia, sebagai makhluk rasional, moral dan sosial”.

Seperti halnya dalam The Post, dikisahkan bagaimana idealisme seorang wartawan diuji. Pilihan cukup dilematis, antara menjaga komitmen nilai atau tunduk pada kepentingan.

Seorang jurnalis perempuan Katherine Graham menunjukkan keberanian yang luar biasa. Di tengah ancaman dan teror yang menghantui profesinya, ia yang juga pemimpin redaksi berani membongkar dokumen rahasia Amerika Serikat dalam kasus perang Vietnam. Pilihannya yang sangat berisiko tak menyurutkan untuk tetap berpihak pada kebenaran.

Baginya bekerja menjadi wartawan bukan hanya menggugurkan tanggung jawab keprofesian, melainkan beyond call of journalism but to humanity. 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement