Selasa 09 Feb 2021 17:41 WIB

Gencarkan Tracing, Menkes Ingatkan Jokowi dan DPR tak Panik 

Indonesia membutuhkan 80 ribu tracer untuk melakukan tracing pada 269 juta penduduk.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR, di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/2).
Foto: Republika/nawir arsyad akbar
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi IX DPR, di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (1/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, bahwa angka kasus positif covid-19 di Indonesia diprediksi bakal terjadi lonjakan. Hal ini, seiring semakin digencarkannya strategi pelacakan atau tracing yang melibatkan Babinsa dan Bhabinkamtibmas. 

Dia juga mengaku, telah memperingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan DPR untuk tidak panik jika lonjakan kasus positif tersebut terjadi. "Saya bilang ke bapak Presiden, saya juga ingin update di forum terhormat ini, bapak ibu tidak usah panik, lebih baik kita terlihat real-nya seperti apa sehingga strategi kita benar, daripada kita melihat seakan-akan sedikit kita senang, padahal yang kenyataannya jauh lebih banyak sehingga langkah langkah kita salah," kata Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (9/2).

Dirinya juga memohon kepada anggota dewan untuk ikut meredam kepanikan jika lonjakan kasus itu terjadi. Hal tersebut merupakan upaya yang dilakukan Kemenkes untuk mengidentifikasi secara benar orang yang positif agar bisa segera dilakukan isolasi.

Budi mengatakan, strategi menggencarkan tracing terhadap orang yang kontak dengan orang yang positif covid-19 tersebut, juga dilakukan di India yang belakangan terbukti menekan angka penularan covid-19. Nantinya, upaya tracing tersebut akan dilakukan menggunakan metode swab antigen maupun swab PCR.

photo
Petugas kesehatan memasukkan sampel lendir kedalam wadahnya usai melakukan tes usap Antigen COVID-19 secara acak terhadap salah seorang pengunjung. (ANTARA/Ahmad Subaidi)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement