REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan bahwa krisis kesehatan akibat Covid-19 membutuhkan keserasian kebijakan yang tepat di tingkat makro (pemerintah) dan perilaku mikro (masyarakat). Karena, kata Anies, jika hanya kebijakan yang tepat saja tapi tidak diiringi dengan perilaku mikro yang benar, maka hasilnya tidak akan ada.
"Sebaliknya, jika langkah mikro, individual benar, tapi tidak ada kebijakan makro yang tepat, maka pandemi ini akan sulit dikendalikan," kata Anies pada Konvensi Nasional Media Massa dengan tajuk "Pers Nasional Bangkit Dari Krisis akibat Covid-19 dan Tekanan Disrupsi Digital" dalam menyambut Hari Pers Nasional (HPN) secara virtual, Senin (8/2).
Hal ini, kata Anies, karena pandemi Covid-19 ini berbeda dengan bencana lain seperti menghadapi tsunami, gempa, bencana gunung meletus, atau ketika hujan hingga sungai meluap. Sehingga, butuh penanganan krisis yang berbeda.
"Bencana itu, peristiwanya terjadi sekali, sesudah itu dampaknya dikelola. Kali ini, peristiwanya terjadi terus menerus dan kita belum tau ujungnya kapan dan bagaimana, untuk kita kendalikan ini maka dibutuhkan langkah bersama di tingkat makro yakni kebijakan dan langkah bersama di tingkat mikro pribadi terjadi," katanya.
Untuk hal tersebut bisa berlangsung, kata Anies, harus ada kesamaan kesadaran, ada kesetaraan pengetahuan, ada pemahaman yang tepat dan siapa yang bisa memainkan peran itu.
"Kemudian teman-teman pers memiliki kesempatan untuk memiliki peran membangun kesadaran. Karena inilah yang kemudian bisa memunculkan bagaimana saya pakai masker, jaga jarak, itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman kita dan hari ini media menjadi instrumen yang luar biasa penting," tutur Anies.
Instrumen penting itu terutama, dalam memonitor kebijakan pemerintah termasuk soal 3T (testing, tracing, treatment) dan mengampanyekan prilaku 3M (memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan) di masyarakat. Untuk ini bisa berlangsung, harus ada kesamaan kesadaran, harus ada kesetaraan pengetahuan, harus ada pemahaman yang tepat dan siapa yang bisa memainkan peran itu, teman teman pers memiliki kesempatan untuk memiliki peran membangun kesadaran.
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia, Ahad (7/2), pelaksanaan protokol 3M masyarakat di DKI Jakarta, akhir-akhir ini cenderung turun. Fakta tersebut didapat dari hasil pengamatan langsung perilaku 3M hasil kerja sama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dengan Unicef serta kader yang turun ke lapangan dalam sepekan terakhir.
"Berdasarkan pengamatan-pengamatan itu, indikator pelaksanaan 3M cenderung mengalami penurunan," kata Dwi.
Dwi menyampaikan secara prosentase penggunaan masker hanya mendapat hasil 68 persen, menjaga jarak 58 persen, dan mencuci tangan 25 persen.
"Untuk itu, tingkat kedisiplinan dan kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan harus ditingkatkan lagi," tuturnya.
Kumulasi total kasus positif pandemi Covid-19 di Jakarta pada Ahad, 7 Februari 2021 ini mencapai angka 293.825 kasus, setelah terjadinya pertambahan kasus terkonfirmasi sebanyak 4.213 kasus. Dari dalam kumulasi total kasus positif Covid-19 itu, sebanyak 23.869 orang (turun 175 dari sebelumnya 24.044 orang) di antaranya, merupakan angka pasien kasus aktif yang masih dirawat/diisolasi.
Kemudian 4.587 orang (bertambah 46 dibanding sebelumnya 4.541 orang) di antaranya, meninggal dunia, atau senilai 1,6 persen (sama seperti sebelumnya) dari total kasus positif. Sementara, 265.369 orang di antaranya sembuh, atau meningkat 4.342 orang dari kumulasi total pasien sembuh sebelumnya sebanyak 261.027 orang.