Selasa 09 Feb 2021 05:01 WIB

Jaya Suprana: Jangan Rasis dan Sebut Manusia Sebagai Satwa

Jangan lagi ada sebutan satwa pada sesama manusia.

Massa yang tergabung dalam Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme membentangkan poster saat menggelar unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/8/2019). Dalam aksi tersebut mereka mengutuk pelaku pengepungan asrama kamasan Papua di Surabaya serta mendesak untuk menangkap dan mengadili aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pd.Massa yang tergabung dalam Mahasiswa Papua Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme membentangkan poster saat menggelar unjuk rasa di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (22/8/2019). Dalam aksi tersebut mereka mengutuk pelaku pengepungan asrama kamasan Papua di Surabaya serta mendesak untuk menangkap dan mengadili aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/pd. *** Local Caption ***
Foto:

Harapan

Namun, fakta sejarah telah nyata membuktikan bahwa disebut Cina yang bukan sebutan satwa saja sudah banyak warga yang keberatan akibat merasa terhina.

Tidak sulit membayangkan bahwa pasti banyak merasa terhina apabila disebut dengan sebutan satwa seperti kadrun.

 

Meski anjing merupakan satwa teladan kesetiaan, sebaiknya jangan hina sesama manusia dengan sebutan anjing, apalagi masih ditambah predikat geladak.

Hasil gambar untuk racisme

Maka, meski kadal gurun merupakan satwa paling mampu bertahan hidup di lingkungan paling tidak kondusif, sebaiknya jangan hina sesama warga Indonesia dengan sebutan kadrun.

Apalagi, sebutan beraroma kebencian dikaitkan dengan perbedaan paham politik di alam demokrasi mau pun diskriminasi latar belakang suku, ras, dan agama.

Dapat diyakini bahwa menggunakan sebutan satwa bagi sesama warga Indonesia alih-alih mempersatukan bangsa sesuai sila Persatuan Indonesia malah potensial memecah-belah bangsa sesuai politik divide et empera seperti kehendak bangsa penjajah demi lebih mudah menguasai bangsa yang dijajah.

Marilah kita bersatu padu demi maju tak gentar berjuang menghentikan angkara murka memecah-belah bangsa sendiri dengan menggunakan sebutan satwa terhadap sesama warga Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement