Jumat 05 Feb 2021 17:59 WIB

900 Koleksi Museum Sultra Terdeteksi Hilang

600 dari koleksi yang hilang merupakan aksesoris logam raja-raja.

Salah satu pengelola museum menunjukan lemari kaca yang kosong usai benda etnografis dicuri di museum Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (27/1/2021). Ratusan koleksi benda-benda etnografis jenis logam dan samurai jepang serta beberapa lembar pakaian adat peninggalan sejumlah etnis  dicuri di gudang museum Kendari sementara pihak kepolisian kesulitan mengidentifikasi para pelakunya akibat pengelola museum tidak memasang alat pemantau.
Foto: ANTARA/Jojon
Salah satu pengelola museum menunjukan lemari kaca yang kosong usai benda etnografis dicuri di museum Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (27/1/2021). Ratusan koleksi benda-benda etnografis jenis logam dan samurai jepang serta beberapa lembar pakaian adat peninggalan sejumlah etnis dicuri di gudang museum Kendari sementara pihak kepolisian kesulitan mengidentifikasi para pelakunya akibat pengelola museum tidak memasang alat pemantau.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Museum dan Taman Budaya Sulawesi Tenggara (Sultra) telah mengidentifikasi koleksi yang hilang karena dicuri pada Selasa (26/1) lalu. Sedikitnya ada 900 koleksi museum yang hilang.

Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Diknasbud Sultra, Dody Syahrulsyah, Jumat (5/2), mengatakan hasil identifikasi dan deskripsi barang-barang koleksi yang dicuri dilakukan setelah pendataan beberapa hari lalu.

Baca Juga

"Dari sekitar 900 koleksi yang hilang itu sekitar 600-an merupakan aksesoris yang terbuat dari logam dan alat rumah tangga yang digunakan para raja-raja masa lampau. Sisanya berbagai koleksi lain seperti gong, koleksi keris dan samurai peninggalan Raja Jepang," ujarnya.

Khusus pedang samurai, lanjut Dody, jumlahnya ada tiga jenis koleksi. "Namun bila dilihat dari sejarahnya barang itu nilainya bisa mencapai ratusan juta per buahnya," jelasnya.

Hilangnya ratusan koleksi bersejarah di Museum Sultra lebih sepekan terahkir itu juga mengundang perhatian Sejarawan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Haluoleo (UHO) Kendari, Basrin Melamba. Ia mengatakan, hilangnya benda cagar budaya yang merupakan koleksi pengadaan museum pusat itu merupakan pelajaran bagi organisasi perangkat daerah, dalam hal ini dinas pendidikan dan kebudayaan terkait dengan kebijakan mengenai tata cara menjaga, mengelola dan merawat benda-benda koleksi di dalam Museum itu.

"Memang sangat perlu dipikirkan ke depan di era digital ini membuat museum digital, misalnya pengunjung itu tidak perlu ke museum namun sisa membuka situs museum. Jadi di situ ada deskripsi tentang benda-benda cagar budaya, baik itu nama, jenis, asal usul dan periode benda itu," jelasnya.

Sejarawan yang juga dosen FIB itu menambahkan kejadian tersebut juga menjadi pelajaran baik pihak legislatif maupun eksekutif terkait kebijakan anggaran yang diperlukan untuk museum dalam pengamanan, perawatan atau pemeliharaan ke depan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement