REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Pengungsi di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat mengeluhkan harga elpiji tiga kilogram yang dijual seharga Rp 28 ribu per tabung. "Pascagempa gas elpiji tiga kilogram di Kecamatan Tapalang (empat pengungsian) harganya naik mencapai Rp 28 ribu, ini sangat membebani para pengungsi yang sedang dilanda bencana," kata salah seorang warga pengungsi di Desa Takandeang, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju Ardi Basir di Mamuju, Rabu (3/2).
Ia mengatakan mestinya pengecer elpiji tidak mencari untung di tengah bencana, justru harusnya membantu dengan menetapkan harga gas sesuai aturan yang berlaku. Ia berharap pihak yang berwenang bisa mengawasi penjual elpiji, karena pedagang tersebut merugikan masyarakat yang masih prihatin karena bencana.
Sementara itu, harga elpiji tiga kilogram di Kota Mamuju masih normal dan tidak mengalami kenaikan sekitar Rp 18 ribu. "Di kota Mamuju masih stabil, karena harga elpiji tiga kilogram hanya sekitar Rp 18 ribu, sepertinya di pelosok Mamuju harga elpiji dipermainkan pengecer yang mengambil untung karena tidak terpantau pemerintah," kata Amrin, warga Kota Mamuju
Ia berharap pemerintah segera melakukan pengawasan kenaikan harga elpiji karena membebani pengungsi di pelosok, apalagi dalam kesulitan ekonomi akibat bencana gempa. Jumlah pengungsi di Sulbar secara keseluruhan mencapai 91.003, jumlah pengungsi terbanyak berasal dari Kabupaten Mamuju, sebanyak 58.123 orang, di Kabupaten Kabupaten Majene 25.737 orang, sementara pengungsi Kabupaten Polman 5.343 orang.
Menurut dia, untuk data korban meninggal dunia sebanyak 105 orang, dengan rincian 95 orang di Kabupaten Mamuju, 10 orang di Kabupaten Majene. Sementara untuk data kerusakan rumah, terbanyak di Kabupaten Mamuju, yakni 11.422 unit, kerusakan tersebut terdiri dari rusak ringan sebanyak 5.527, rusak sedang 3.844, dan rusak berat 2.051. Sedangkan di Kabupaten Majene, rumah rusak sebanyak 5.929, terdiri dari 1.656 rusak ringan, 1.538 rusak sedang dan 2.735 rusak berat.