REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Anjloknya harga telur ayam ras banyak dikeluhkan para peternak. Tidak hanya peternak di Kabupaten Banyumas, tapi juga di kabupaten lain.
Peternak ayam petelur di Desa Campakoah Kecamatan Mrebet, Tri Wirdiasih, mengaku harga telur ayam ras saat ini, sudah tidak lagi bisa menutupi biaya operasional peternakan ayam petelurnya. ''Kalau kondisinya terus seperti ini, mungkin saya tidak bisa bertahan lagi,'' kata Tri.
Dia menyebutkan, harga telur ayam ras di tingkat peternak, saat ini hanya dihargai Rp 16 ribu hingga Rp 17 ribu per kg. Padahal sebelumnya, harga telur ayam ras tidak pernah di bawah Rp 19 ribu.
Kesulitan peternak masih ditambah dengan harga pakan ayam ras yang semakin meroket. Dia menyebutkan, sepanjang 2020 terjadi empat kali kenaikan harga pakan. ''Kami mendapat info, harga pakan ini akan naik lagi pada Februari ini,'' kata Tri.
Dia menyatakan, kalau harga telur terus tertekan, dia mengaku tidak akan sanggup lagi untuk terus menggeluti usaha ternak ayam petelur. ''Kalau harga terus tertekan di bawah Rp 19 ribu, kami benar-benar sudah tidak mendapatkan untung,'' ungkap Tri.
Keluhan serupa, sebelumnya juga disampaikan Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Banyumas, Gembong Heru Nugroho. Dia menyebutkan, sejak awal masa pandemi Covid-19, harga telur ayam dan daging ayam ras terus tertekan.
Sementara di sisi lain, harga pakan terus melonjak. ''Harga telur dan daging ayam ras memang sempat beberapa kali mengalami kenaikan, tapi kemudian anjlok," kata Heru.
Kondisi ini, menurutnya, telah menyebabkan cukup banyak usaha peternakan ayam yang tumbang. Di Banyumas, sebelum wabah Covid-19, ada sebanyak 200 unit usaha peternakan ayam pedaging dan petelur.
"Sekarang hanya tinggal sekitar 10 unit usaha peternakan yang masih bertahan,'' kata dia.