REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan daerah Sulawesi Barat yang diguncang gempa kini telah masuk dalam periode pascaseismik (post seismic). Ini adalah proses menuju kondisi yang kembali stabil dan normal setelah gempa.
"Saat ini Majene dan Mamuju memasuki kondisi post-seismic dengan memahami bahwa gempa Majene dan Mamuju memiliki produktivitas gempa susulan yang sangat rendah," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dipantau dari Jakarta pada Senin (1/2).
Menurut Daryono, kesimpulan didapat didukung juga dengan penghitungan estimasi peluruhan gempa maka zona gempa Majene dan Mamuju di Sulbar sudah masuk dalam kondisi tersebut.
Dia menyebutkan bahwa gempa magnitudo 5,9 dan 6,2 yang mengguncang Sulbar pada 14-15 Januari 2021 masing-masing terjadi di darat dengan kedalaman 11,8 km dan 22,3 km.
Keduanya terjadi 4 km barat laut dan 6 km timur laut dari Kabupatan Majene di Sulbar. Gempa pembuka sendiri terjadi pada M5,9 pada Kamis (14/1) dan disusul gempa utama M6,2 pada Jumat (15/1).
BMKG mencatat sampai dengan Senin (1/2) telah terjadi 39 kali gempa susulan atau aftershock, yang merupakan proses gaya tektonik mencari keseimbangan baru termasuk upaya kembali ke posisi semula dan lazim terjadi setelah gempa besar.
Menurut Daryono, total terjadi 48 kali gempa sejak gempa pembuka dengan yang dapat dirasakan sebanyak 10 kali. Selain itu, gempa susulan yang terjadi juga memiliki kekuatan lebih kecil dengan hanya gempa utama yang berkekuatan M6 dan kebanyakan susulan memiliki kekuatan di kisaran M2 hingga M3.
"Mudah-mudahan situasi akan normal kembali di sana, kalaupun terjadi gempa susulan kecil-kecil itu wajar," ujarnya.