REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menyoroti banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan sebagai akibat dari aktivitas pertambangan. Hal itu disampaikannya dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) NU ke-95 pada Ahad (31/1).
"Tidak seenaknya menambang, tidak semaunya sendiri menambang. Ini akibatnya banjir di Kalimantan Selatan karena di sana tanahnya sudah menjadi danau-danau, merusak ekosistem bumi," ujar Said Aqil dalam agenda peringatan Harlah NU ke-95 yang disiarkan secara daring, Ahad (31/1) malam.
Said menyatakan, kerusakan ekosistem yang terjadi lantaran campur tangan manusia. Ia pun mengajak masyarakat agar bermuhasabah dalam menghadapi musibah pada awal tahun 2021. Menurutnya, masyarakat memerlukan introspeksi diri dan bertaubat.
Kerusakan bumi dan laut terjadi tak lain dan tak bukan akibat ulah tangan manusia. Kalau kebenaran dikalahkan dengan hawa nafsu, maka hancurlah kehidupan di bumi maupun di langit. "Luar biasa itu, itu warning dari Allah," lanjutnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 197 bencana terjadi di seluruh wilayah Indonesia sejak 1 hingga 23 Januari 2021. Bencana banjir menjadi yang mendominasi yakni sebanyak 134 kejadian.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada Januari 2020, BNPB mencatat ada 297 bencana saat itu, termasuk yang menjadi sorotan yakni banjir di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Namun di sisi lain, bencana awal tahun ini lebih banyak merengut nyawa dibandingkan sejumlah bencana di Januari 2020 yang menewaskan 91 orang.