REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iwan Ridwansyah mengatakan perencanaan tata ruang wilayah merupakan kebutuhan vital terutama untuk mitigasi bencana hidrologi seperti banjir. Ia menekankan perencanaan tata ruang wilayah harus melibatkan kolaborasi multisektor dan berbasis kebencanaan.
"Pembangunan perlu memperhatikan aspek sumber daya air dan faktor-faktor kebencanaan. Bagaimana tata ruang kota, bagaimana waduk dibangun, bagaimana bendungan dibangun. Supaya bencana seperti banjir dan longsor dapat diantisipasi," kata Iwan, dalam keterangannya, Ahad (31/1).
Senada dengan Iwan, Peneliti Geoteknologi LIPI Adrin Tohari menyatakan permasalahan kebencanaan yang harus diselesaikan antara lain regulasi tata ruang yang berkaitan tentang kerentanan lereng. Selain itu juga tingkat pengetahuan masyarakat dan pemerintah daerah terhadap bencana longsor, serta sistem peringatan dini.
"Sistem peringatan dini gerakan tanah perlu diperkuat, masih banyak wilayah dengan risiko tinggi namun belum memiliki sistem peringatan," kata dia.
Adrin menyebutkan, dalam upaya pencegahan dan mitigasi bencana, LIPI telah mengembangkan teknologi stabilisasi lereng berbasis drainase siphon bernama The Greatest LIPI (Technology of Gravity-driven Groundwater Extraction for Slope Stabilization). Teknologi ini dikembangkan untuk membantu mencegah risiko terjadinya longsor.
Sementara itu, untuk membantu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat akan terjadinya bencana longsor, LIPI telah mengembangkan teknologi pemantauan ancaman longsor berbasis nirkabel, yaitu LIPI WISELAND. LIPI WISELAND atau Wireless Sensor Network for Lanslide Monitoring yang dikembangkan melalui kolaborasi dengan Pusat Penelitian Fisika LIPI.