Jumat 29 Jan 2021 23:05 WIB

BPPTKG: Volume Kubah Lava Gunung Merapi Menurun Signifikan

Penurunan signifikan akibat banyaknya awan panas dan guguran lava yang keluar.

Puncak Gunung Merapi tertutup awan terlihat dari lapangan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (29/1). Pada Jumat (29/1) aktivitas Gunung Merapi terpantau landai. Visual gunung juga tidak terlihat dengan jelas. Pada Rabu (27/1) dan Kamis (28/1) kemarin aktivitas Gunung Merapi cukup tinggi, dengan jarak guguran material mencapai 3,5 kilometer.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Puncak Gunung Merapi tertutup awan terlihat dari lapangan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Jumat (29/1). Pada Jumat (29/1) aktivitas Gunung Merapi terpantau landai. Visual gunung juga tidak terlihat dengan jelas. Pada Rabu (27/1) dan Kamis (28/1) kemarin aktivitas Gunung Merapi cukup tinggi, dengan jarak guguran material mencapai 3,5 kilometer.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan volume kubah lava Gunung Merapi mengalami penurunan signifikan akibat banyaknya awan panas dan guguran lava yang keluar.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida saat konferensi pers secara virtual di Yogyakarta, Jumat (29/1), menjelaskan volume kubah lava Merapi yang sebelumnya mencapai 158.000 meter kubik sampai 25 Januari 2021, menurun signifikan menjadi 62.000 meter kubik per 28 Januari 2021.

"Penurunan kubah lava itu memang karena sebagian sudah terlontar pada saat terjadi awan panas kemarin. Jadi awan panas ini mengeluarkan material-material yang ada," kata dia.

Berdasarkan laporan selama sepekan (22-28 Januari), BPPTKG mencatat total sebanyak 71 kali awan panas guguran keluar dari Gunung Merapi dengan jarak luncur maksimum 3.500 meter. Luncuran awan panas paling banyak terjadi pada 27 Januari yang mencapai 52 kali dalam sehari.

Guguran lava pijar juga teramati keluar sebanyak 230 kali dengan jarak luncur maksimum 1.500 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak. Intensitas guguran ini antara lain dipengaruhi posisi kubah lava yang tidak stabil karena berada di lereng sisi barat daya puncak Merapi atau di atas lava sisa erupsi tahun 1997.

"Sehingga lava yang keluar tidak sempat lagi membentuk kubah, namun langsung mengalami guguran," kata Hanik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement