Jumat 29 Jan 2021 03:41 WIB

Suara Sumbang Program Wakaf Uang yang Diluncurkan Jokowi

Cuitan sumbang wakaf uang tak terlepas dari polarisasi politik.

Wakil Presiden Maruf Amin mendampingi Presiden Joko Widodo saat meresmikan peluncuran Gerakan Nasional Wakaf Uang dan Brand Ekonomi Syariah di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/1).
Foto:

Oleh : Nashih Nashrullah*

Ismail menganalisis, sentimen tersebut tak terlepas dari polarisasi politik yang menguat sejak Pilpres dua periode, 2014 dan 2019. Opini bahwa pemerintah tak berpihak pada ‘umat’ dibangun sedemikian rupa dan berimbas pada sentiment negatif terhadap gerakan wakaf uang.  Kecurigaan itu bertambah dengan keberadaan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam peluncuran itu seakan memunculkan premis: Gerakan Nasional Wakaf Uang diluncurkan saat pemerintah sedang gencar-gencanya membangun infrastruktur, jika demikian, uang wakaf umat akan dipergunakan untuk mendanai proyek pemerintah.

Premis demikian muncul karena banyak faktor, bisa jadi karena memang rendahnya literasi wakaf (faktor ini juga bisa banyak pemicunya), atau murni  karena ketidaksukaan terhadap pemerintah, dalam hal ini adalah rezim Jokowi Ma’ruf, atau justru malah akibat kurang masifnya edukasi dan sosialisasi otoritas terkait peta perwakafan di Tanah Air. Sedikit yang tahu bahwa, investasi dana wakaf ke Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) atau sukuk negara saat ini berasal dari pewakaf (waqif) korporat (bukan perorangan) dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai nazir. Nilainya kurang lebih Rp 50 miliar dengan akad wakalah dan private placement.

Investasi ke sukuk pun sifatnya pun sangat opsional, pemerintah memberikan kebebasan penuh apakah institusi nazir, akan menginvestasikan dana mereka atau tidak ke sukuk itu. Dan yang terpenting, adalah jaminan keamanan dana yang diwakafkan dalam sukuk negara itu. Praktiknya pun baru dijalankan BWI yang peruntukkan manfaatnya tampak dalam pembangunan retina center di rumah sakit mata pertama di Indonesia, bahkan di dunia berbasis wakaf yaitu Rumah Sakit Mata Achmad Wardi BWI-DD, Serang, Banten.

Pertanyaannya sekarang, apakah suara sumbang di media sosial cerminan perilaku di dunia nyata sehingga berpengaruh pada lambatnya penghimpunan dana wakaf? Perlu penelitian lebih lanjut. Namun dugaan saya, suara sumbang (lebih mirip nyinyiran) tak berpengaruh apapun terhadap perilaku berwakaf di masyarakat. Hal ini antara lain ditandai dengan lambatnya pergerakan wakaf uang sejak pertama kali dikampanyekan BWI. Akumulasi wakaf berdasarkan data BWI per Januari 2020, laporan dari 96 nazir wakaf uang terdaftar adalah Rp 819,36 miliar.

Perinciannya...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement