SINGAPARNA, AYOTASIK.COM -- Masalah gizi masyarakat masih menjadi kendala yang di hadapi Kabupaten Tasikmalaya. Persoalan stunting atau gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi, menjadi tantangan yang belum terpecahkan hingga saat ini. Bahkan, di tahun 2019 lalu, Kabupaten Tasikmalaya masuk dalam salah satu kabupaten/kota dengan angka stunting cukup tinggi yakni di angka 33,8%.
Dari data Bulan Penimbangan Balita (BPB) Agustus 2020 kemarin, angka prevalensi yang melebihi target nasional di atas 20%, sedikitnya ada 32 kecamatan dan 159 desa dengan angka stunting cukup tinggi.
Lima desa tertinggi persoalan stunting di antaranya, Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna 47,8%, Desa Sukamulih Kecamatan Sariwangi 46,4%, Desa Sirnagalih Kecamatan Cigalontang 46,2%, Desa Kertaraharja Kecamatan Taraju 41,4% dan Desa Jayaratu Kecamatan Sariwangi 40%.
Persoalan stunting itu pun menjadi tantangan pada tahun 2020 memang menjadi tahun yang berat. Sebab dampak masa pandemi Covid-19 cukup menghantam sektor ekonomi masyarakat. Hingga hal ini berpengaruh pada pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk (DKPP) Kabupaten Tasikmalaya Dadan Hamdani menjelaskan, jika pihaknya terus mengupayakan untuk menekan angka stunting dengan upaya prefentif atau pencegahan, baik pada bayi baru lahir maupun balita di bawah 2 tahun.
"Kita upayakan supaya gizi di 1.000 hari kehidupan, mulai dari ibu hamil, lantas melahirkan hingga anak berumur 2 tahun, itu tercukupi. Seribu hari pertama kehidupan itu yang kita fokuskan," jelas Dadan kepada wartawan, Selasa (26/1/20210)
Selain itu, kata Dadan, pihaknya menitik beratkan pada pemenuhan gizi remaja putri, sebagai calon ibu masa depan. Khususnya yang berada di pondok pesantren. Mereka juga nanti akan menikah dan hamil. Sehingga perlu dipersiapkan kesehatan para calon ibu ini.
Dadan mengakui, jika masih banyak remaja yang tengah menimba ilmu di pondok pesantren belum tercukupi kebutuhan gizi seimbangnya. Dengan pemberian tablet Fe (zat besi) pada mereka, maka para remaja putri ini bisa terbebas dari anemia atau kekurangan sel darah merah.
"Rencananya kita akan louncing itu disalah satu pondok pesantren di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Sebab banyak juga remaja putri di pondok pesantren yang perlu dikuatkan secara, fisik, gizi dan pengetahuannya kesehatan," tambah Dadan.
Pada tahun 2021, pihaknya sangat berharap besar jika keberpihakan secara anggaran lebih memadai. Meski diketahui penanganan Covid-19 masih menjadi prioritas ditahun ini, namun dikatakan Dadan, untuk persoalan kesehatan lain seperti angka kematian ibu dan bayi, stunting dan gizi, sudah teranggarkan dari pemerintah pusat. Meski pun untuk nilainya masih belum bisa dikatakan ideal.