REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Aktivitas salah satu pesantren di Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut, dihentikan sementara waktu. Penghentian aktivitas itu dilakukan setelah ditemukannya puluhan santri dari lingkungan pesantren tersebut yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Humas Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut, Yeni Yunita mengatakan, hingga saat ini jumlah santri yang terkonfirmasi positif dari pesantren tersebut berjumlah 42 orang. Para santri yang positif telah dibawa ke Rumah Sakit Medina untuk menjalani isolasi.
"Untuk pasien positif dibawa ke Rumah Sakit Medina. Santri negatif dikarantina di pesantren," kata dia kepada Republika, Senin (25/1).
Ia menambahkan, pihaknya juga meminta pesantren memperketat penerapan protokol kesehatan (prokes) dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Untuk mengantisipasi munculnya klaster klaster penyebaran di lingkungan pesantren lain, pihaknya juga akan memberikan pembinaan melalui sosialisasi tentang bahaya penularan Covid-19.
Sementara itu, Camat Bungbulang, Caca Rifai mengatakan, aktivitas pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 di wilayahnya itu kini dihentikan sementara untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran. Selama para santri menjalani karantina di pesantren, tak boleh ada aktivitas keluar masuk ke lingkungan itu. Berhentinya aktivitas di pesantren itu terhitung sejak Jumat (22/1) hingga 14 ke depan.
Menurut dia, saat ini masih ada 68 santri berstatus sebagai kontak erat yang menjalani karantina mandiri di pondok pesantren. Selama menjalani karantina, kondisi santri akan terus dipantau oleh petugas dari puskesmas setempat. Jika ada santri yang bergejala, pihak puskesmas akan melakukan tes swab. Puskesmas juga akan terus menyuplai kebutuhan vitamin para santri.
"Kami tadinya ingin mengajukan untuk jadup (jatah hidup) santri. Alhamdulillah kemarin ada bantuan dari Bupati Garut berbentuk beras, susu, dan uang kepada para santri," kata dia kepada Republika.
Caca menambahkan, pihaknya juga akan memantau kondisi warga di sekitar pesantren itu. Sebab, lokasi pesantren yang menjadi klaster penyebaran Covid-19 tak jauh dari permukiman warga.
"Tracing ke warga, kalau ada gejala saja. Tapi kita terus pantau. Soalnya swab itu hanya untuk yang bergejala saja," kata dia.