Sabtu 23 Jan 2021 09:42 WIB

Lapan, Jokowi, Bareskrim, KLHK, dan Walhi Soal Banjir Kalsel

Pejabat dan instansi terkait punya jawaban berbeda pemicu banjir besar di Kalsel.

Rep: Erik PP/Antara/Nawir Arsyad Akbar/ Red: Erik Purnama Putra
Prajurit Marinir menggunakan perahu karet mencari warga korban banjir di Desa Pekauman Ulu, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu (16/1).
Foto:

4. KLHK

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengemukakan curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab utama banjir di Kalsel. Selain itu, faktor infrastruktur ekologis yang tidak memadai juga menjadi pemicu banjir.

"Hujanlah faktor utama yang menyebabkan banjir karena dia tinggi sekali (curah) hujannya," kata Direktur Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) KLHK, Saparis Soedarjanto dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (19/1).

Selain hujan, terdapat pula faktor lain yang penting, seperti air yang tidak bisa mengalir dengan baik karena wilayah banjir yang kebanyakan berada di DAS Barito, yang relatif datar. Hal itu membuat air tidak mudah teraruskan sehingga daerah tersebut cenderung mengalami penggenangan, apalagi ditambah durasi hujan yang cukup lama.

Menurut catatan, terjadi curah hujan sangat tinggi dengan curah hujan harian 9-13 Januari 2021 adalah sebesar 461 milimeter (mm) atau meningkat dari rata-rata 394 mm pada Januari 2020. Hal itu menyebabkan volume air tidak bisa ditampung oleh sungai dengan kemampuan 238 juta meter kubik (m3) yang harus menampung air 2,08 miliar m3 akibat hujan berkepanjangan itu.

5. Walhi

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyoroti banjir yang tengah terjadi di Kalsel yang dipicu, pertambangan dan perkebunan yang tidak memikirkan analisis dampak lingkungan (amdal). Direktur Eksekutif Walhi, Nur Hidayati menyebut, saat ini, 50 persen dari total wilayah seluas 3,7 juta hektare di Kalsel sudah dibebani izin tambang dan perkebunan kelapa sawit. Kondisi itu diperparah dengan tak baiknya tata kelola sumber daya alam (SDA).

"Catatan Walhi Kalimantan Selatan terdapat 814 lubang milik 157 perusahaan tambang batubara. Sebagian lubang tersebut masih berstatus aktif, sebagian lagi ditinggalkan tanpa reklamasi," ujar Nur di Jakarta, Ahad (17/1).

Walhi juga menyorot pembukaan lahan di Kalsel yang semakin massif dalam beberapa waktu terakhir. Sehingga menyebabkan berkurangnya efektivitas daerah aliran sungai (DAS) yang memperparah terjadinya banjir.

Semua itu, sambung dia, menyebabkan rusaknya ekosistem di Kalsel dan menjadi salah satu penyebab banjir besar di awal 2021. Ditambah dengan tingkat curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut. "Banjir ini diduga kuat akibat ekosistem yang sudah kehilangan daya dukungnya. Sehingga ketika ada cuaca ekstrem, maka daya dukungnya kolaps dan mengakibatkan bencana," ujar Nur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement