Jumat 22 Jan 2021 05:33 WIB

Amerika Serikat yang Terluka, Terbelah dan Coba Bangkit Lagi

Puisi di Penatikan Joe Biden, Ironi Amerika yang terluka

Penyair Amerika Amanda Gorman membacakan puisi saat Pelantikan Presiden ke-59 di US Capitol di Washington, Rabu, 20 Januari 2021.
Foto:

               ****

Amerika yang luka, dan perlu bangkit kembali, terasa dalam puisi yang dibacakan Amanda Gorman.

Saya kutip dan terjemahkan secara bebas, puisinya yang berjudul "The Hills We Climb".

“Ini dunia yang terluka. Kita obati, dan kita olah agar bersinar.

Kita akan bangkit dari area bukit di Barat. Kita akan bangkit dari Timur Laut.

Kita akan bangkit dari negara bagian Midwestern.  

Kita akan bangkit dari Selatan yang terbakar matahari.  

Kita akan bangun kembali, mendamaikan, dan memulihkan setiap sudut hati bangsa.

Fajar baru segera mekar.

Karena selalu ada terang.  Karena kita berani untuk melihatnya. Karena kita berani untuk bertindak.”

                  ****

Amerika yang luka, mengalami krisis, terbelah, tapi harus bangkit kembali, bersatu, juga terasa pada pidato Joe Biden.

Saya kutip dan terjemahkan secara bebas cupilkan pidato inagurasinya.

“Sejarah telah menjadi arena pergulatan terus-menerus, antara cita-cita bahwa kita semua diciptakan sederajat, melawan kenyataan pahit dan buruk bahwa rasisme, primordialisme, ketakutan, telah lama memisahkan kita.

Pertempuran itu abadi.

Kemenangan memang tidak pernah dijamin.

Tapi, dalam Perang Saudara, Depresi Besar, Perang Dunia, terorisme 9/11, melalui perjuangan, pengorbanan, dan kemunduran, terbukti kita selalu menang.

Kita bisa melihat satu sama lain bukan sebagai musuh, tapi sebagai satu bangsa.

Kita bisa perlakukan satu sama lain dengan martabat dan hormat.

Tanpa persatuan, tidak ada kedamaian, hanya kepahitan dan amarah.

Tanpa persatuan, tak ada bangsa. Hanya ada negara yang porak poranda. 

Kita tidak akan pernah gagal jika bertindak bersama.

Maka hari ini, saat ini, dan di tempat ini, mari kita mulai lagi.

Kita semua.

Marilah kita saling mendengarkan.

Dengarkan satu sama lain.

Lihat satu sama lain.

Tunjukkan rasa hormat satu sama lain.

Politik tidak perlu menjadi api yang berkobar, yang menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya.

Setiap ketidaksepakatan tidak harus menjadi penyebab perang total.

Dan, kita harus menolak budaya di mana fakta itu sendiri dimanipulasi dan bahkan dibuat-buat.

Kepada semua orang yang tidak mendukung kami, izinkan saya mengatakan ini: Dengarkan saya. Ukurlah saya, dan rasakan hati saya.

Dan jika Anda masih tidak setuju, silakan saja.

Itulah demokrasi. Itu Amerika. Hak untuk berbeda pendapat secara damai, di dalam batas yang kita sepakati. Itu adalah kekuatan terbesar bangsa kita.

Namun, dengarkan saya dengan jelas: Ketidaksepakatan tidak harus mengarah pada perpecahan.

Dan saya berjanji ini kepada Anda: Saya akan menjadi Presiden untuk semua orang Amerika.

Saya akan berjuang keras untuk mereka yang tidak mendukung saya, seperti saya berjuang untuk mereka yang mendukung.

Kini, Kita bersama menghadapi serangan terhadap demokrasi dan kebenaran.

Virus yang mengamuk.

Ketidakadilan tumbuh.

Sengatan rasisme sistemik.

Iklim dalam krisis.

Tapi, Demokrasi dan harapan, kebenaran dan keadilan, tidak mati. Ia terus berkembang.

Amerika tetap merawat kebebasan di rumah sendiri. Amerika tetap berdiri sekali lagi sebagai mercusuar bagi dunia.

Itulah utang kita kepada para pendahulu kita. Dan kita teruskan pada generasi berikutnya.”

 

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement