REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah kekhawatiran minimnya pasokan vaksin Covid-19 secara global, PKB mendorong agar pengembangan vaksin Merah Putih dikebut. Dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, Indonesia bakal kesulitan jika terus mengandalkan pasokan vaksin Covid-19 dari produsen luar negeri.
“Kami mendorong PT Biofarma, sebagai holding BUMN bidang farmasi untuk fokus dan mempercepat produksi massal vaksin Merah Putih. Selain itu kami juga mendorong pengembangan obat Covid-19, sehingga baik kebutuhan vaksin maupun obat corona di masa depan bisa kita produksi sendiri,” ujar Anggota Komisi VI dari Fraksi PKB Siti Mukaromah, dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (21/1).
Dia menjelaskan, dari rapat kerja bersama Menteri BUMN Erick Thohir, diketahui jika untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 saat ini, setidaknya dibutuhkan anggaran sekitar Rp 70 triliun. Padahal vaksin Covid-19, bukanlah vaksin yang bisa memberikan kekebalan seumur hidup. Artinya, di masa depan kebutuhan vaksin Covid-19, seperti layaknya vaksin-vaksin lain juga masih tetap dibutuhkan.
“Pengembangan vaksin Merah Putih akan memastikan jika kita tidak akan terus bergantung ke perusahaan farmasi dari luar negeri,” ujarnya.
Emma -sapaan akrab Siti Mukaromah- berharap BUMN bidang farmasi terus melakukan kerja sama dengan kampus maupun lembaga penelitian di Indonesia untuk mengembangkan berbagai obat maupun kebutuhan vaksin di masa depan. Menurutnya, pandemi global Covid-19 menunjukkan betapa rapuhnya sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, sekaligus tetap tergantungnya Indonesia kepada negara-negara maju yang leading dalam penelitian dan pengembangan bidang farmasi.
“Selama ini anggaran penelitian dari BUMN maupun APBN kita sangat minim. Kondisi ini membuat berbagai penelitian dan pengembangan kebutuhan farmasi kita kerap tertinggal. Ke depan BUMN farmasi harusnya tidak hanya berpikir untuk produksi saja, tetapi juga fokus pada penelitian dan pengembangan dengan mengandeng lembaga penelitian maupun kampus di Tanah Air,” katanya.
Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa tersebut juga meminta agar PT Biofarma selaku pihak pengimpor vaksin Sinovac terus melakukan edukasi akan keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 dari China tersebut. Saat ini tingkat resistensi masyarakat terkait keamanan dan efektivitas Vaksin Sinovac masih cukup tinggi.
“Banyak isu-isu tak berdasar atau hoaks terkait bahaya vaksin Sinovac seperti adanya personel TNI meninggal usai divaksin, tingkat efikasi yang rendah, hingga kabar jika vaksin disisipi chip dari produsen. Kami berharap PT Biofarma juga Kementerian BUMN ikut aktif mengampanyekan keamanan dan efektivitas vaksin Sinovac ini karena sejauh ini vaksinasi massal lah yang menjadi solusi agar pandemi ini cepat berakhir,” katanya.