REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, pemerintah masih harus mengoptimalkan kebijakan pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali yang sudah berjalan selama sepekan ini. Sebab, jumlah daerah yang masuk pada zona merah dan oranye justru semakin meningkat dibandingkan pekan sebelumnya.
Jika dilihat pada peta zonasi risiko di 73 kabupaten kota di Jawa dan Bali yang menerapkan kebijakan PPKM, data per 17 Januari mencatat terdapat sebanyak 39 kabupaten kota masuk dalam zona merah. Sedangkan sebanyak 30 kabupaten kota masuk dalam zona oranye dan 4 kabupaten kota masuk kategori zona kuning.
“Angka ini meningkat jumlahnya pada zona merah dan oranye dibanding minggu sebelumnya,” kata Wiku saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (21/1).
Wiku menyampaikan, tren perkembangan zonasi risiko daerah di Jawa dan Bali semakin memburuk dalam empat pekan terakhir ini. Pada 3 Januari, jumlah daerah yang masuk dalam zona merah sempat mengalami penurunan yakni dari 41 menjadi 32 kabupaten kota.
Namun pada pekan berikutnya, jumlah daerah di zona merah mengalami peningkatan menjadi 39 kabupaten kota dan kembali meningkat menjadi 52 daerah di pekan ini. Padahal, total jumlah daerah di Indonesia yang masuk dalam zona merah saat ini yakni sebanyak 108 kabupaten kota.“Ini berarti hampir setengah dari zona merah di Indonesia ini berasal dari kabupaten kota di Pulau Jawa dan Bali,” jelas Wiku.
Kendati demikian, Wiku optimistis penerapan PPKM di Jawa dan Bali mampu menekan angka penularan kasus di berbagai daerah jika dijalankan dengan disiplin dan serius. Dampak dari kebijakan PPKM inipun disebutnya baru akan terlihat pada pekan ketiga.
Namun jika PPKM tidak dijalankan secara serius, maka kebijakan ini tidak akan efektif dan angka penularan masih akan tetap tinggi. Sehingga pemerintah masih akan terus memperpanjang periode pembatasan kegiatan di Jawa dan Bali.“Kondisi ini dapat diperbaiki oleh kita bersama apabila upaya-upaya penanganan dilakukan dengan sangat maksimal,” kata dia.
Wiku menyampaikan, salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi saat ini yakni dengan meningkatkan pemeriksaan menggunakan test PCR di laboratorium dan memperluas cakupan penelusuran kontak erat.
Namun jika daerah kesulitan melakukan pemeriksaan PCR, maka dapat dilakukan dengan menggunakan rapid test antigen sebagai upaya screening. Ia yakin, langkah ini akan mampu mendeteksi kasus dan mencegah laju penularan yang lebih tinggi lagi.