Kecemburuan
Suratman, Sekretaris RW 04 mengatakan, tawuran dua hari berturut-turut itu merupakan yang pertama kalinya terjadi setelah 22 tahun terakhir. Sebelum ini, tawuran antar warga RW 04 terjadi pada tahun 1998.
"Tahun 1998 terakhir kejadian. Dari dulu sejak saya Ketua RT dan sekarang Sekretaris RW, baru sekarang kejadian (tawuran) lagi," kata Suratman kepada Republika di sekretariat RW 04 Manggarai, Selasa (19/1).
Daud Haris, ketua RT 04 mengatakan, aksi tawuran itu kembali terjadi karena adanya kecemburuan ekonomi. Kecemburuan yang sebenarnya sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir itu, akhirnya semakin menjadi-jadi di tengah pandemi Covid-19 yang memorak-porandakan perekonomian Indonesia.
Daud menjelaskan, kecemburuan terjadi karena warga yang tinggal di wilayah Manggarai Atas cenderung lebih sejahtera. Sebab, peluang usaha mereka terbuka lebar lantaran posisi Manggarai Atas berdekatan dengan Stasiun Manggarai.
"Jadi yang Manggarai Atas ekonomi bisa tumbuh. Mereka dagang habis Maghrib, habis Isya sampai pagi pun masih laku. Misalnya, salah satu angkringan yang dilempari air kencing itu," kata Daud kepada Republika.
"Manggarai Atas bisa lebih tumbuh ekonominya juga karena area parkir yang luas buat dagang. Kalau di bawah lebih sempit, kan," imbuhnya.
Mereka yang berdagang seperti angkringan itu, kata Daud, juga mayoritas dari kalangan anak muda. Ketika mereka berjualan, untuk meramaikan suasana, dihidupkan berbagai musik sembari bernyanyi.
"Jadi kelompok Manggarai Bawah melihat hal itu seolah-olah mereka (Manggarai Atas) bahagia," kata dia.
Lantas, kecemburuan yang kian hari kian menebal itu, akhirnya meledak karena diprovokasi. Kapolsek Tebet Budi Cahyono mengatakan, aksi pelemparan air kencing dan pemukulan di lapak milik Rizki itu, memang didalangi oleh pentolan kelompok Tuyul. Dia adalah pria berinisial AG yang diketahui merupakan residivis kasus pencurian.
"Karena ada satu-dua oknum provokator, silaturahim puluhan tahun akhirnya hancur," kata Daud menyesalkan aksi tawuran itu.
Padahal, lanjut dia, kedua kelompok itu tak hanya sudah hidup berdampingan selama puluhan tahun, tapi juga bersaudara. Daud pun membantah narasi yang menyebut bahwa tawuran itu adalah perang antar geng.
"Ini bukan tawuran geng. Orang semua saudaraan. Kadang orang Manggarai Atas mertuanya orang Manggarai Bawah. Mereka menikah di antara mereka. Bahkan shalat Jum'at saja satu tempat karena di RW ini hanya satu masjid," ujar Daud.