REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banjir bandang terjadi di Kabupaten Bogor, tepatnya di Kampung Rawa Dulang RT/RW 02/03, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, kemarin pagi. Secara geologis lokasi asal banjir bandang ternyata mudah mengakibatkan longsor.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani, melakukan kajian pascabanjir bandang di kawasan Gunung Mas. Menurutnya, kawasan di Jawa Barat (Jabar) saat ini memang cukup tinggi dalam pergerakan tanah, khususnya di Jawa Barat bagian tengah dan selatan.
Selain itu, perumahan di kawasan banjir bandang kemarin memang berada di daerah lembah. Maka ketika longsor dan ada banjir bandang maka akan lebih mudah terdampak.
"Jadi memang kondisi geologinya itu mudah terjadi longsor," ujar Kasbani dalam diskusi virtual, Rabu (20/1).
Kasbadi menjelaskan, jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran yang berkembang menjadi aliran bahan rombakan/banjir bandang pada di bagian hulu pada perkebunan teh. "Aliran bahan rombakan/banjir bandang terjadi di sepanjang aliran Kali Cisampay dan melanda kawasan Agro Wisata Gunung Mas yang berada di hilir," katanya.
Secara umum, kata dia, lokasi bencana pada bagian hulu merupakan morofologi cekungan berbentuk tapak kuda dengan kelerengan agak curam hingga sangat curam, dengan kemiringan lebih dari 45 derajat, sementara pada lereng bagian bawah kemiringan lereng berkisar 10 derajat hingga 20 derajat. Lokasi berada pada ketinggian antara 1.000 sampai dengan 1.100 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bogor, Jawa (A.C. Effendi, dkk., 1998), daerah bencana tersusun oleh batuan Gunungapi G. Pangrango yang merupakan endapan lebih tua, lahar dan lava, basalt andesit (Qvpo). Berdasarkan Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah Bulan Januari 2021 di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), Kecamatan Cisarua termasuk dalam zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi.
"Artinya daerah ini mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," paparnya.
Kemiringan lereng di kawasan ini pun, kata dia, sangat curam dengan morfologi DAS berupa cekungan berbentuk tapal kuda dengan bagian ujung menyempit. Kondisi itu bisa menjadikan daerah akumulasi air dan mudah terbendung material longsoran.
"Selain itu, tanah pelapukan dari endapan vulkanik yang gembur, sarang dan mudah luruh kena air," katanya.
Longsoran pada bagian atas, kata dia, terjadi pada tanah pelapukan dan kontak dengan lapisan di bawahnya yang merupakan lapisan kedap air (lava) yang berfungsi sebagai bidang gelincir. Longsoran pada bagian hulu yang kemudian terbawa oleh aliran sungai dan volumenya bertambah dengan material batuan dan tanah yang ada di sungai.
"Dan ketika hujan lebat menjadi aliran bahan rombakan yang mempunyai daya rusak yang sangat tinggi," kata Kasbani.
Hujan yang turun dengan intensitas tinggi, kata dia, menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah dan aliran bahan rombakan. Mengingat curah hujan yang masih tinggi, untuk menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian harta benda yang lebih besar, PVMBG memberikan beberapa rekomendasi.
Rekomendasi dari PVMBG adalah sebagai berikut:
1. Warga, aparat maupun tim yang bertugas untuk evakuasi harus mengantisipasi potensi longsoran susulan dan aliran bahan rombakan mengingat daerah tersebut masih rawan longsor serta material longsoran di hulu masih banyak terutama jika turuh hujan.
2. Masyarakat di sekitar lokasi bencana/bahaya dan sepanjang sepadan aliran Sungai Cisampay sebaiknya diungsikan dulu ke tempat yang lebih aman.
3. Jika turun hujan sebaiknya aktivitas di sekitar lokasi bencana dihentikan dan penduduk/warga diungsikan untuk sementara serta dilarang melintasi Sungai Cisampay.
4. Masyarakat yang tinggal dekat dengan lokasi gerakan tanah agar selalu waspada terhadap munculnya gejala awal gerakan tanah seperti retakan pada tanah dan bangunan dan segera melapor kepada pemerintah setempat dan mengungsi sementara hingga ada arahan dari pemerintah setempat.
5. Penanaman pepohonan berakar kuat dan dalam untuk memperkuat lereng.
6. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah.
7. Tim Tanggap Darurat Bencana Gerakan Tanah akan diberangkatkan ke lokasi bencana untuk melakukan penyelidikan gerakan tanah.